Senin, 28 Januari 2019

Politik di Media Sosial

Pasti kalian pernah kan menemukan postingan yang menurut kalian kontradiktif dengan pandangan hidup kalian? Sering banget gue nemuin di beranda Facebook gue yang ngirim postingan tentang hijrah. Gue seneng kalo ada orang yang share sugesti baik atau motivasi agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik, misal kaya quotes ceramah, quotes nya Mario Teguh, video ceramah dan lain sebagainya. Tapi ini lain lagi, topiknya tentang politik.

Jujur, waktu masih sekolah dulu, gue gak begitu ngikutin tentang tren perpolitikan di Indonesia, cuma asal tau partai, dan paslon capres dan cawapresnya saja. sampai akhirnya gue lihat berita tentang "FOKE" gagal menjadi gubernur DKI Jakarta. Semacam kaya ngga seneng gitu doi dan jadi baha perbincangan di ruang makan rumah gue.

Selanjutnya pas masuk kuliah, gue pun mulai lebih banyak lihat berita politik dalam negeri namun hanya berita besarnya aja sih yang diikutin, salah satunya ketika ada capres yang gagal lalu "katanya" membuat aksi konvoi dengan mobil besar. Entah itu perintah dari capres tersebut atau bukan, yang jelas hal itu pernah menjadi candaan dalam obrolan gue dengan teman-teman gue.

Balik lagi ke pembahasan awal.
Postingan hijrah dari teman gue ini sama sekali tidak senang dengan pemerintah Indonesia zaman sekarang. Katanya pemerintah zaman sekarang ingkar janji, lalu program revolusi mental yang dibuat pemerintah dirasa makin memperburuk negeri ini, terus hutang semakin banyak.

Lalu ada lagi dari kubu lain bilang bahwa pemerintah zaman sekarang sudah lebih baik dengan banyaknya  pembangunan infrasruktur, lalu juga bilang pihak lain cuma nyebar hoax, dll.

Gue tuh jadi bingung sendiri harus berada di pihak mana, karena postingan itu mampu mempengaruhi gue untuk turut mendukung. Semuanya tuh seakan-akan kaya pesan berantai di grup Whatsapp yang suka disebar sama kaum bapak atau ibu tanpa di cross check kebenarannya. Jadi ujung-ujungnya cuma sekadar dibaca lalu ditinggalin.

Herannya banyak dari kita yang sampai beredebat, lalu berantem cuma karena pandangan politiknya berbeda.

Si capres dan cawapresnya santuy aja, lah kita yang jadi rakyat aja malah berantem. Heran kan?

Harusnya kita adu program untuk menjadi negara yang lebih baik ke depannya, jangan malah musuhin saudara sebangsa, setanah air gitu.

Huh..

Media sosial memang menjadi jembatan bagi siapa saja untuk berinteraksi sosial lintas negara. Siapa pun bisa memakainya bahkan untuk orang jahat sekalipun. Maka berhati-hatilah, bisa saja ada pemecah belah bangsa yang sedang memainkan perannya di sana.

Apapun pandangan kalian terhadap politik, tetaplah jujung tinggi persaudaraan. Jangan sampai hubungan kita dengan Tuhan baik, tapi dengan sesama manusia kita bermusuhan. Semoga kita terhidar dari fitnah.

Jumat, 18 Januari 2019

Ketakutan Menggerakan Kita

Pernahkah kalian takut akan sesuatu? Takut akan hantu, takut belalang, takut kecoa, takut hantu dan lain sebagainya. Perlu kita ketahui, takut itu wajar buat makhluk hidup. Bahkan dalam agama Islam pun kita harus takut pada murka Allah.

Takut yang mau gue bahas disini adalah takut menghadapi kenyataan. Ini sering banget gue alami ketika masih sekolah dulu sekitar tahun 2000 an lah. Walaupun samapi sekarangketakutan seperti itu masih ada, tapi setidaknya ketakutan yang gue alamin lebih ke arah yang positif.

Misalnya, ketika gue disuruh untuk melakukan kegiatan membagikan undangan pertemuan warga RT, sebisa mungkin gue kasih ke semua warga tanpa terkecuali. Karena jika tidak gue bakal diomelin habis-habisan sama bokap gue, yang di mana beliau adalah ketua RT nya. Atau perihal keagamaan. Kalo gue ngga sholat, nanti gue bakal masuk neraka.

Iya, gara-gara ketakutan kita harus berbuat sesuatu agar hal itu tidak terjadi. Jangan sampai ketakutan yang kalian takuti saat ini malah membuat kalian mundur. Contohnya takut untuk bertanya saat lu ngga ngerti sama pelajaran yang sedang diajarkan sama guru lu. Hal kaya gitu akan menghambat proses belajar lu yang di mana lu harus mengerti.

Gue pernah punya teman. Tapi dia selalu berpikiran negatif terhadap teman lainnya yang suka bercanda, termasuk bercanda dengan dirinya. Dia kurang bisa menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Alhasil, dia selalu menganggap negatif temannya itu, padahal tidak seburuk yang dia pikirkan. Kaya penghiatanlah, pecundanglah dll. Dia pun juga menjauhi teman-teman kelasnya.

Mugkin dulu gue orangnya pemalu, pendiam atau apalah yang pernah dibilang, tapi seiring berjalannya waktu, mau ngga mau gue pun berusaha untuk menghilangkan sifat tidak menguntungkan itu demi masa depan juga. Masa iya gue berinteraksi dengan client malu? Maka dengan alasan pendewasaan diri, gue ubah mindset nya: Gue takut gagal. Gue takut masuk neraka.

Dengan alasan itu, tentu membuat gue lebih positif dalam beraktifitas walaupun dibalik positif itu ada ketakutan. Lalu bagaimana jika gue gagal? Tentu itu menjadi tekanan untuk diri sendiri agar menjadi pribadi yang lebih hati-hati lagi dan sukses di masa depan. Semoga saja.

Minggu, 13 Januari 2019

Sekilas Pengalaman Kerja di Bidang Marketing

Hai.

Udah tiga hari ini gue kerja sebagai Direct Sales menawarkan kartu kredit dari BCA. Ekspektasi gue itu bakal langsung di tempatin di kantor cabang sesuai domisili, tapi kenyataannya belum.

Mungkin harus tunggu beberapa hari atau minggu untuk bisa di tempatkan sesuai domisili. Karena saat ini gue masih harus kanvas ke calon nasabah gue. Dua hari di Mall Mangga Dua, dan sehari di ITC Cempaka Mas. Sedangkan rumah gue di Bekasi, dan pulangnya sore sekitar jam tiga atau empat sore naik motor, kereta dan trans Jakarta.

Pulang-pulang mandi, sholat Isya, tidur. Sebenarnya kerjanya sih enjoy aja, macam kaya sales pada umumnya. Hanya saja ketika pulang ke rumah bawaannya capek banget. Padahal hanya menawarkan produk terus menulis aplikasi calon nasabah kita. Mungkin karena perjalan pulangnya aja yang bikin lelah banget. Apalagi kita tau Jakarta macetnya gimana sekarang. Bawaannya pingin terbang aja wkwkw

Selama gue kerja, gue selalu dipantau oleh seorang supervisor. Untungnya beliau selalu menyemangati gue untuk terus berusaha dan tidak lupa setiap selesai bekerja beliau mengungkapkan rasa terima kasihnya.

Selain itu, ada juga senior kelihatannya sudah 40 tahun keatas bekerja bersama saya dan teman satu tim saya. Ibarat game Final Fantasy, dia cuma jadi guest dalam party. Terlepas dari itu, beliau juga berpesan untuk tidak membuat masalah. Dia tidak mengungkapkan dengan detil maksudnya apa, namun itu cukup untuk pengingat gue buat selalu mawas diri.

Gue pun belajar beberapa trik dari senior gue itu. Namun sayangnya, sampai gue pulang, beliau belum mendapatkan hasil saat itu.

Gue juga bertemu dengan senior yang sebaya dengan gue. Gue pun juga mendapat lagi ilmu tentang marketing.

Gue nulis blog ini hanya sebagai pengingat bahwa gue pernah bekerja di bidang marketing dan ini gak mudah ya, lu harus terbiasa dengan penolakan, dan gak boleh malu ketemu sama orang. Entah bakal bertahan lama atau gak, karena gue pun juga ada goals yang ingin diraih, yang jelas gue cukup banyak mendapat pelajaran berharga di sini. Walaupun cuma sebentar.