Tour de Patriot adalah awal dari sebuah
pesan kehidupan yang sangat berarti bagi saya sekaligus sebuah kisah nyata
terjalinnya hubungan baik antara ayah dengan anak laki-lakinya. Saya adalah
seorang mahasiswa yang berkuliah dari pagi hingga sore hari. Ayah saya adalah
seorang abdi negara yang bertugas dari pagi hingga sore hari, yang membedakan
adalah jam saat pergi dan pulang ke rumahnya. Ayah selalu berangkat menuju
kantornya setelah sholat shubuh sekitar pukul 04.50 WIB lalu sampai di rumah sekitar
pukul 21.00 WIB sedangkan saya berangkat menuju kampus pukul 07.00 WIB
(tentatif) lalu sampai rumah pukul 17.00 WIB.
Kami jarang bertemu satu sama
lain sehingga kabar terbaru tentang Ayah selalu datang dari Ibu. Bisa dibilang
Ibu adalah jembatan antara saya dengan Ayah. Ayah saja sampai lupa anaknya
sekolah dimana. Mungkin ini memang nasib dari seorang anak yang memiliki Ayah
seorang Polisi sehingga waktunya akan tersita cukup banyak. Terlebih lagi saat
Ayah mendapatkan tugas di luar negeri. Ayah bisa mendapatkan gaji yang lebih
dari biasanya jika mendapat tugas ke luar negeri karena dibayar dengan dollar,
tapi lamanya bisa sampai setengah tahun bahkan bisa lebih.
Tapi berkat itu semua saya jadi
belajar tentang menghargai setiap momen bersama keluarga. Jika ada acara
keluarga pasti saya harus ikut. Termasuk main sepeda bersama Ayah. Ayah saya
suka sekali bersepeda saat masih tinggal di Jakarta dahulu sampai sekarang.
Sepeda legendaris Ayah bermerek Federal. Kalau kalian tidak tahu bisa search
google kok..
Setiap kali bermain sepeda tidak
hanya berdua saja, tetapi Ayah punya grup bermain sepedanya juga.
Orang-orangnya juga sepantaran dengan Ayah, anak mudanya mungkin masih belum
terlalu menyukai olah raga bersepeda, mungkin karena jarak tempuhnya yang jauh
sehingga kurang begitu diminati.
Pada hari Minggu tanggal 6 Maret
2016, saya, Ayah dkk mengikuti acara Tour de Patriot yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kota Bekasi dalam rangka HUT Kota Bekasi ke-19. Acara itu diikuti
lebih dari 500 peserta segala usia. Acara akan dimulai sekitar pukul 06.30 WIB
di Kantor Walikota Bekasi. Sebelum menuju kesana, kami berkumpul terlebih
dahulu di Duta Indah, dekat rumah saya. Rencananya kami kesana akan menaiki
truk agar tidak kelelahan sampai disana. Setelah semuanya berkumpul, kami langsung
menuju ke tempat yang dimaksud.
Hari minggu sudah menjadi hari
bebas kendaraan di seputar jalan ini. Di Pemkot telah berkumpul banyak sekali
peserta yang menggunakan Jersey yang sama dengan kami. Salah satu dari teman
Ayah yang perempuan sangat menyukai Selfie. Yah kalau bukan karena dia, kami
tidak mungkin memiliki foto kenang-kenangan karena ya begitulah laki-laki
jarang berfoto ria..
Panitia sedikit terlambat memulai
acara sehingga kami baru memulai perjalanan panjang itu pukul 07.00 WIB.
Terlambat 30 menit dari jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya. Salah satu
klausa yang saya dengar dari teman Ayah mengatakan bahwa kita jalannya
pelan-pelan saja, perjalanan masih jauh. Awalnya saya pikir itu ide yang bagus
namun para penggiring atau marshal justru mengayuh sepeda lebih cepat dari pada
kami sehingga kami sering tertinggal jauh di belakang.
Kami semua semua tertinggal dari
yang lain. Banyak dari peserta tour ini yang berhenti karena ada yang
bermasalah dengan sepedanya, kelelahan, kelaparan (ada yang berhenti di depan
warteg) dan berbagai macam alasan lainnya yang tidak saya tanya satu persatu.
Teman-teman Ayah juga ada yang tertinggal di belakang namun dapat dengan cepat
menyusul karena menggunakan mobil. Curang memang, tapi yaa itusudah termasuk
fasilitas yang disediakan dari Pemkot untuk acara ini, kalau saya pantang pakai
bantuan. Rute yang diambil yaitu dari Wali Kota Bekasi menuju Kalimas, lalu
Bantargebang, setelah itu istirahat di dekat SMAN 11 Bekasi.
Hayati lelah. Iya, lelah! Tapi
ada kepuasan batin bila kita bisa melampaui perkiraan kita. Awalnya saya kira
sejauh apa ternyata lebih jauh lagi. Teman-teman Ayah yang tadi naik mobil
sudah sampai terlebih dahulu. Perjalanan masih jauh, maka persediaan harus
dipersiapkan lagi agar tidak ada keroncongan saat perjalanan. Di pit stop ini
disediakan snack, minuman dan buah pisang. Saat itu saya tidak boleh makan
pisang karena kebetulan kaki kiri saya sedang keseleo dan baru diurut kemarin
jadi untuk mengurangi nyeri tidak dianjurkan makan pisang. Jangan lupa untuk
pipis di balik pohon, karena beberapa peserta melakukannya, tapi saya memilih
tidak…
Perjalanan pun dilanjutkan
kembali. Rute yang diambil adalah dari SMAN 11 Bekasi menuju Kranggan, Setelah
itu menuju Cakung, lalu ke Harapan Indah. Dalam perjalanan menuju Cakung, saya
terus-terusan membalap orang yang di depan saya, karena saya sudah tertinggal
jauh apalagi tidak ada penggiring sama sekali di belakang sehingga mau tidak
mau saya meninggalkan rombongan bersama Ayah saya untuk mengejar yang lain.
Tapi itu justru keliru. Saya menunggu beliau untuk bisa memboseh sepeda bersama
namun Ayah saya tidak kunjung datang setelah setelah beberapa menit menunggu di
jembatan menuju Kota Harapan Indah. Saat itu sebenarnya saya tidak tahu lagi
harus kemana karena saya juga tertinggal oleh rombongan yang lainnya jadi
sembari menunggu Ayah juga menunggu yang lain datang untuk menjadi penunjuk
arah.
Saya menunggu sambil meminum air
yang terpasang di sepeda lalu ada orang yang berteriak “ke atas pak”. Pertama
saya kira orang itu mengatakan kepada orang lain tapi ternyata orang itu
berteriak pada saya. Baiklah setelah saya bersiap-siap, saya langsung menuju
tempat yang dimaksud. Saya jadi teringat kembali pada tempat yang pernah saya
sambangi beberapa tahun yang lalu, Rumah Si Pitung. Waktu itu saya pernah
mencoba untuk menelusuri daerah Harapan Indah menggunakan motor. Semakin menuju
ke dalam daerah Harapan Indah ternyata banyak spot untuk berfoto di sana.
Kebanyakan berupa sungai, danau dan kolam pemancingan ikan… Setelah telusur ke
dalamnya lalu saya menemukan tempat wisata yang bernama Rumah Si Pitung.
Baiklah kembali lagi bersepeda.
Setelah menaiki jembatan menuju tempat yang penuh dengan harapan itu, saya
melihat peserta lain dibelakang saya yang sedang menuju jembatan, berarti
memang benar jalurnya lewat sini. Untuk lebih memastikan lagi, saya membuka
peta yang dibagikan oleh panitia saat pendaftaran. Tinggal sedikit lagi menuju
Harapan Indah, perjalanan yang membutuhkan perjuangan itu benar-benar membuat
kaki saya sakit tapi mau bagaimana lagi saya tetap harus gowes pedal itu agar
sampai ke tempat tujuan.
Jalanannya becek sekali! Baju
belakang saya terkena cipratan lumpur karena memang sebelum sampai disini
tempat ini sudah hujan dan sekarang sudah berhenti. Beberapa peserta dari
seberang jalan terlihat menuju ke arah berlawanan. Aneh.. Padahal Harapan Indah
masih jauh. Atau mereka memang sudah sampai sana dan sekarang sudah menuju ke
destinasi selanjutnya? Saya hanya bisa terus menggowes sepeda saya. Di depan
terlihat peserta lain yang sedang menuju Harapan Indah juga. Saya semakin yakin
bahwa saya harus sampai ke sana!
Sampai Harapan Indah, kaki saya
semakin lemah dan bagian paha semakin sakit saja. Saya harus tetap mengikuti
peserta di depan saya agar tidak kehilangan jejak. Sebelumnya, hamper di setiap
persimpangan selalu ada polisi dan marshal yang siap sedia untuk mengarahkan
peserta agar tidak salah belok tapi sekarang semakin ke sini, semakin jarang
bahkan tidak ada yang menjaga. Mungkin semuanya sedang lelah sedang istirahat,
mungkin.
Jalanannya seperti bertambah
lebar saja saat saya menggunakan sepeda, atau hanya perasaan saya saja ya?
Jalanan panjang lurus seperti tiada akhir itu benar-benar membuat saya
kewalahan mengayuh sepeda. Sesekali menoleh ke belakang tidak ada tanda-tanda
peserta lainnya hanya ada di depan saya saja, itu juga sudah jauh sekali.
Akhirnya setelah berpuluh-puluh menit berlalu dengan mengayuh sepeda, akhirnya
saya menemukan peserta lainnya yang sedang istirahat dan saya pun menanyakan
arah. Ternyata jalannya masih lurus kesana. Huh. Ini adalah pertama kalinya
saya merasa lelah sekali dalam mengayuh sepeda. Huh. Pasti bisa! Setelah
bertanya, saya langsung melanjutkan perjalanan. Dalam beberapa saat saya merasa
harus berhenti sejenak karena saya perlu meluruskan kaki dan punggung sejenak.
Mobil bak yang berisi sepeda dan
penggunanya pun lewat. Enak sekali mereka naik mobil. Mungkin mereka umurnya
sudah terlalu tua untuk mengayuh sepeda jadinya harus naik Mobil. Setelah mobil
tu lewat, ada marshal lewat sambil memberi semangat. Huh, baiklah sekarang
saatnya mengayuh sepeda lagi. Ternyata pit stop nya dekat Transera. Astaga,
ternyata sudah sejauh ini…
Akhirnya aku sampai jua di tempat
istirahat ini. Baru saja saya memarkirkan sepeda saya, ada aba-aba menggunakan
pengeras suara mengatakan “10 menit lagi kita berangkat”. Sontak saja saya
menoleh ke sumber suara. Saya tidak perduli!. Saya mau istirahat. Sayang sekali
di sini hanya ada minuman saja, miras ocha (teh) dan prima xp (air putih). Namun
saya hanya mengambil air putihnya saja. Banyak peserta yang baru datang ke
tempat istirahat ini melihat keberangkatan rombongan lain yang sudah memulai
kembali perjalanan panjang mengitari Bekasi itu. Sudah pasti mereka yang baru
datang menghiraukan yang sedang mengayuh sepeda itu. Beberapa dari mereka
memrotes kinerja panitia yang bekerja. Karena beberapa peserta tersebut merasa
sedikit dirugikan perihal kesiapan panitia dalam menggiring peserta. Saya tidak
mendengarkan seluruh percakapannya dengan salah satu panitia yang bertugas karena
saya sedang meluruskan kaki sembari mengolesi krim untuk nyeri otot, namun saya
sependapat dengan peserta tersebut. Pada intinya peserta memprotes karena hanya
diawal saja digiring, tetapi peserta yang di belakang di tinggalkan sampai ada
yang tersesat. Tak lama kemudian Ayah datang.
Sebenarnya saya sedikit cemas
dengan Ayah saya mengingat umurnya sudah 50 tahun, sebaiknya setelah jalan
nanti saya tidak meninggalkannya. Rombongan teman-teman Ayah pun juga sudah
sampai menggunakan mobil setelah Ayah datang. Huh, Kasihan sekali, Ayah sampai
tersesat menuju ke sini. Ya sudahlah yang terpenting semuanya komplit walaupun
kesegaran wajah Ayah hilang di jalan. Saya membantu Ayah mengambil minuman di
tenda sebelah sana sekaligus menaruh kupon door prize, semoga saja dapat. Ayah
sedang istirahat sambil tidur-tiduran di tempat berumput sekarang karena Ayah terlihat
sangat kelelahan di bandingkan dengan yang lainnya. Salah satu teman Ayah
menyarankan Ayah untuk naik mobil saja tapi Ayah tidak mau, dan lebih memilih
bersama-sama dengan saya mengayuh sepeda. Setelah beristirahat, kami pun
melanjutkan kembali perjalanan panjang dengan sepeda kami.
Di sela-sela perjalanan, ada
percakapan kecil tentang kata patriot dengan Ayah.
“Tahu nggak van, arti dari
patriot itu apa?” Tanya Ayah.
“Pahlawan yang meninggal kan?”
“Semua yang meninggal dalam
perang bisa disebut pahlawan, Tapi kalau patriot itu orang yang pantang
menyerah. Jadi walaupun cuma sakit flu, kalau masih bisa ke sekolah ya jalan.
Walaupun capek tapi kalau masih bisa jalan ya jalan. Itu termasuk mentalnya
sekuat apa yang terpenting pantang menyerah.”
Baiklah, pantang menyerah memang
sangat berperan penting dalam tur sepeda kali ini. Saya sampai bingung mau
berkata apa lagi tentang hal ini. Ayah meminta saya untuk mendorongnya dari
belakang. Baiklah, pantang menyerah! Walaupun kaki mulai terasa sakit lagi
namun saya tetap mengayuh sepeda menuju finish. Biarpun terik matahari pukul
11.30 WIB menyengat kulit namun saya tetap mengayuh sepeda saya sambil mendorong
sepeda Ayah pula dari belakang. Huh, rasanya semakin panjang saja perjalanan
ini tapi saya tidak boleh menyerah begitu saja. Ketika sudah sampai jembatan,
saya tidak kuat untuk menanjak karena kaki sudah terlampau sakit, jadi saya
tuntun sepeda. Saat saya berhenti mengayuh, Ayah tetap mengayuh sepedanya
selagi menanjak. Huh, sudah lelah sekali ini dan sudah tidak terlihat lagi
peserta lainnya yang melintasi jembatan selain kami. Disaat sudah berada di
paling atas jembatan Ayah pun berhenti dan beristirahat sejenak.
Saya menemani Ayah saya sambil
terduduk di pinggir jalan meluruskan kaki. Saya memberikan bekal madu yang saya
bawa kepada Ayah. Enak sekali meminum yang manis-manis apalagi di siang hari
yang terik ini. Kami bertukar cerita
tentang banyak hal selagi istirahat. Topik yang panjang untuk dibahas adalah
tentang tur sepeda ini. Dan beliau bilang kalau ini lebih jauh dari tur sepeda
sebelumnya yang pernah beliau ikuti. Bayangkan saja 75 Km harus di tempuh
kurang dari 6 Jam. Lelah sekali bagi yang belum terbiasa, betisnya bisa meledak
(amit-amit). Setelah istirahat dirasa cukup, kami melanjutkan kembali mengayuh
sepeda. Tidak lama setelah bersiap-siap datanglah peserta lain dari belakang
menanyakan arah ke Summarecon. Ya, tujuan terakhir memang ke arah sana, tapi
bukan ke Summarecon tersebut melainkan ke Wali Kota Bekasi. Tidak lama setelah
ada peserta itu datang, ada orang lain yang bertanya letak Stadion Bekasi.
Setelah memberi tahu orang tersebut berangkatlah kami untuk menuju finish.
Mengayuh, mengayuh, dan mengayuh…
sederhana namun lama-lama menjadi gila. Rasa sakit yang saya rasakan sudah
tidak saya pedulikan lagi, yang terpenting adalah menyelesaikan misi yang
diberikan kepada saya. Lagi-lagi saya melihat peserta dari arah berlawanan. Apa
acaranya sudah selesai? Kenapa mereka ke arah sana? Entahlah, mungkin mereka
ingin pulang. Perjalanan terus berlanjut bersama dengan Ayah dan satu peserta
kaum bapak yang sepertinya lebih tua dari Ayah saya. Di tengah jalan kami
bertemu dengan dua peserta lainnya di depan, ternyata mereka adalah teman dari
bapak tadi. Beberapa meter lagi kami akan sampai pada finish, namun kami
bergegas menuju pom bensin untuk beristirahat. Tanggung sekali. Tapi ya apa
boleh buat, saya hanya mengikuti Ayah saya.
Disana kami beristirahat, buang
air kecil dll. Setelah beristirahat, saya dan Ayah melanjutkan lagi ke garis
finish. Bapak-bapak tadi beserta dengan teman-temannya sudah terlebih dahulu
meninggalkan pom bensin. Ketika kami sampai di Kantor Wali Kota, tidak ada yang
menyambut karena mereka semua sudah terlebih dahulu sampai di sini dan panitia
pun sudah berada di dalam dekat dengan panggung hiburan. Seharusnya saat kami
samapai di sini ada panitia yang menyambut kami. Mungkin karena panitia mengira
tidak ada lagi yang datang terlambat sehingga panitia tidak ada di depn untuk
menyambut kami. Huh, menyebalkan memang menjadi yang terakhir. Salah satu teman
Ayah saya datang menghampiri, dan menanyakan apakah kita sudah dapat mendali
atau belum. Teman Ayah itu langsung mencari panitia yang bersangkutan untuk
mengambilkan mendalinya. Teman Ayah itu kembali lagi sambil memberikan makan
siang dan salah satu panitia datang memberikan medali tapi dia hanya membawa
satu medali lalu dia kembali lagi mengambl satu lagi medali di dalam gedung.
Alhamdulillah ya, saya dan Ayah
mendapatkan medali sekaligus makan siang (ya iyalah kan udah bayar),dari
rombongan kami ternyata ada yang sudah pulang duluan. Mungkin karena tidak
sanggup lagi mengayuh sepeda ke sini dan ada pula teman Ayah yang sudah sampai
di sini menggunakan mobil bak. Walaupun demikian, saya dan Ayah lebih memilih
mengayuh sepeda dengan penuh perjuangan karena rasa kepuasannya akan berbeda
dibandingkan bila memakai bantuan.
Dalam acara Tour de Patriot ini
selain tur keliling Kota Bekasi juga ada hiburan dan bagi-bagi hadiah. Hiburannya
ada dangdut.. Saya tidak bisa menggambarkannya lebih jauh karena pasti pembaca
sekalian sudah tahu seperti apa bentuknya. Lalu bagi-bagi hadiah atau door
prize. Hadiahnya ada berupa uang tunai, voucher belanja, voucher menginap di
hotel untuk satu malam, dan hadiah utamanya 6 buah sepeda. Namun saying sekali
tidak satupun dari hadiah itu saya dapatkan.
Yasudahlah saat pengumuman door
prize selesai kami langsung pulang menuju ke tempat parkir truk angkatan darat.
Tempat parkirnya berada di Islamic Center Bekasi, tapi truknya belum ada di sini
karena kendaraan tersebut diperlukan oleh markas saat kami sedang bersepeda
tadi. Kami menunggu di sini selama 30 menit dan kami pun berangkat lagi menuju
rumah setelah truk itu datang.
Selama di truk para ibu-ibu
temannya Ayah asyik berfoto ria dengan tongsis yang dipasangi dengan kamera
hp.. Ah sudahlah tidak penting..
Kami pun sampai kembali di tempat
semula setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam dengan selamat dan
kembali ke rumah masing-masing.
Intinya pada cerita ini jika pembaca
sekalian ingin menjadi patriot latihlah mental anda untuk tidak berhenti mengayuh
sepeda anda dari garis start sampai garis finish, Kalaupun anda harus berhenti
di ambang batas silahkan berhenti, namun jangan lupa untuk memulai lagi.
|| Jika ada kata-kata yang kurang berkenan
mohon dimaklumi..
Wassalamu'alaikum