Senin, 14 Maret 2016

Perjalanan Mengesankan Mengelilingi Kota Bekasi "Tour de Patriot"

Assalamu'alaikum..

Tour de Patriot adalah awal dari sebuah pesan kehidupan yang sangat berarti bagi saya sekaligus sebuah kisah nyata terjalinnya hubungan baik antara ayah dengan anak laki-lakinya. Saya adalah seorang mahasiswa yang berkuliah dari pagi hingga sore hari. Ayah saya adalah seorang abdi negara yang bertugas dari pagi hingga sore hari, yang membedakan adalah jam saat pergi dan pulang ke rumahnya. Ayah selalu berangkat menuju kantornya setelah sholat shubuh sekitar pukul 04.50 WIB lalu sampai di rumah sekitar pukul 21.00 WIB sedangkan saya berangkat menuju kampus pukul 07.00 WIB (tentatif) lalu sampai rumah pukul 17.00 WIB.

Kami jarang bertemu satu sama lain sehingga kabar terbaru tentang Ayah selalu datang dari Ibu. Bisa dibilang Ibu adalah jembatan antara saya dengan Ayah. Ayah saja sampai lupa anaknya sekolah dimana. Mungkin ini memang nasib dari seorang anak yang memiliki Ayah seorang Polisi sehingga waktunya akan tersita cukup banyak. Terlebih lagi saat Ayah mendapatkan tugas di luar negeri. Ayah bisa mendapatkan gaji yang lebih dari biasanya jika mendapat tugas ke luar negeri karena dibayar dengan dollar, tapi lamanya bisa sampai setengah tahun bahkan bisa lebih.

Tapi berkat itu semua saya jadi belajar tentang menghargai setiap momen bersama keluarga. Jika ada acara keluarga pasti saya harus ikut. Termasuk main sepeda bersama Ayah. Ayah saya suka sekali bersepeda saat masih tinggal di Jakarta dahulu sampai sekarang. Sepeda legendaris Ayah bermerek Federal. Kalau kalian tidak tahu bisa search google kok..

Setiap kali bermain sepeda tidak hanya berdua saja, tetapi Ayah punya grup bermain sepedanya juga. Orang-orangnya juga sepantaran dengan Ayah, anak mudanya mungkin masih belum terlalu menyukai olah raga bersepeda, mungkin karena jarak tempuhnya yang jauh sehingga kurang begitu diminati.

Pada hari Minggu tanggal 6 Maret 2016, saya, Ayah dkk mengikuti acara Tour de Patriot yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam rangka HUT Kota Bekasi ke-19. Acara itu diikuti lebih dari 500 peserta segala usia. Acara akan dimulai sekitar pukul 06.30 WIB di Kantor Walikota Bekasi. Sebelum menuju kesana, kami berkumpul terlebih dahulu di Duta Indah, dekat rumah saya. Rencananya kami kesana akan menaiki truk agar tidak kelelahan sampai disana.  Setelah semuanya berkumpul, kami langsung menuju ke tempat yang dimaksud.

Hari minggu sudah menjadi hari bebas kendaraan di seputar jalan ini. Di Pemkot telah berkumpul banyak sekali peserta yang menggunakan Jersey yang sama dengan kami. Salah satu dari teman Ayah yang perempuan sangat menyukai Selfie. Yah kalau bukan karena dia, kami tidak mungkin memiliki foto kenang-kenangan karena ya begitulah laki-laki jarang berfoto ria..

Panitia sedikit terlambat memulai acara sehingga kami baru memulai perjalanan panjang itu pukul 07.00 WIB. Terlambat 30 menit dari jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya. Salah satu klausa yang saya dengar dari teman Ayah mengatakan bahwa kita jalannya pelan-pelan saja, perjalanan masih jauh. Awalnya saya pikir itu ide yang bagus namun para penggiring atau marshal justru mengayuh sepeda lebih cepat dari pada kami sehingga kami sering tertinggal jauh di belakang.

Kami semua semua tertinggal dari yang lain. Banyak dari peserta tour ini yang berhenti karena ada yang bermasalah dengan sepedanya, kelelahan, kelaparan (ada yang berhenti di depan warteg) dan berbagai macam alasan lainnya yang tidak saya tanya satu persatu. Teman-teman Ayah juga ada yang tertinggal di belakang namun dapat dengan cepat menyusul karena menggunakan mobil. Curang memang, tapi yaa itusudah termasuk fasilitas yang disediakan dari Pemkot untuk acara ini, kalau saya pantang pakai bantuan. Rute yang diambil yaitu dari Wali Kota Bekasi menuju Kalimas, lalu Bantargebang, setelah itu istirahat di dekat SMAN 11 Bekasi.

Hayati lelah. Iya, lelah! Tapi ada kepuasan batin bila kita bisa melampaui perkiraan kita. Awalnya saya kira sejauh apa ternyata lebih jauh lagi. Teman-teman Ayah yang tadi naik mobil sudah sampai terlebih dahulu. Perjalanan masih jauh, maka persediaan harus dipersiapkan lagi agar tidak ada keroncongan saat perjalanan. Di pit stop ini disediakan snack, minuman dan buah pisang. Saat itu saya tidak boleh makan pisang karena kebetulan kaki kiri saya sedang keseleo dan baru diurut kemarin jadi untuk mengurangi nyeri tidak dianjurkan makan pisang. Jangan lupa untuk pipis di balik pohon, karena beberapa peserta melakukannya, tapi saya memilih tidak…

Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Rute yang diambil adalah dari SMAN 11 Bekasi menuju Kranggan, Setelah itu menuju Cakung, lalu ke Harapan Indah. Dalam perjalanan menuju Cakung, saya terus-terusan membalap orang yang di depan saya, karena saya sudah tertinggal jauh apalagi tidak ada penggiring sama sekali di belakang sehingga mau tidak mau saya meninggalkan rombongan bersama Ayah saya untuk mengejar yang lain. Tapi itu justru keliru. Saya menunggu beliau untuk bisa memboseh sepeda bersama namun Ayah saya tidak kunjung datang setelah setelah beberapa menit menunggu di jembatan menuju Kota Harapan Indah. Saat itu sebenarnya saya tidak tahu lagi harus kemana karena saya juga tertinggal oleh rombongan yang lainnya jadi sembari menunggu Ayah juga menunggu yang lain datang untuk menjadi penunjuk arah.

Saya menunggu sambil meminum air yang terpasang di sepeda lalu ada orang yang berteriak “ke atas pak”. Pertama saya kira orang itu mengatakan kepada orang lain tapi ternyata orang itu berteriak pada saya. Baiklah setelah saya bersiap-siap, saya langsung menuju tempat yang dimaksud. Saya jadi teringat kembali pada tempat yang pernah saya sambangi beberapa tahun yang lalu, Rumah Si Pitung. Waktu itu saya pernah mencoba untuk menelusuri daerah Harapan Indah menggunakan motor. Semakin menuju ke dalam daerah Harapan Indah ternyata banyak spot untuk berfoto di sana. Kebanyakan berupa sungai, danau dan kolam pemancingan ikan… Setelah telusur ke dalamnya lalu saya menemukan tempat wisata yang bernama Rumah Si Pitung.

Baiklah kembali lagi bersepeda. Setelah menaiki jembatan menuju tempat yang penuh dengan harapan itu, saya melihat peserta lain dibelakang saya yang sedang menuju jembatan, berarti memang benar jalurnya lewat sini. Untuk lebih memastikan lagi, saya membuka peta yang dibagikan oleh panitia saat pendaftaran. Tinggal sedikit lagi menuju Harapan Indah, perjalanan yang membutuhkan perjuangan itu benar-benar membuat kaki saya sakit tapi mau bagaimana lagi saya tetap harus gowes pedal itu agar sampai ke tempat tujuan.

Jalanannya becek sekali! Baju belakang saya terkena cipratan lumpur karena memang sebelum sampai disini tempat ini sudah hujan dan sekarang sudah berhenti. Beberapa peserta dari seberang jalan terlihat menuju ke arah berlawanan. Aneh.. Padahal Harapan Indah masih jauh. Atau mereka memang sudah sampai sana dan sekarang sudah menuju ke destinasi selanjutnya? Saya hanya bisa terus menggowes sepeda saya. Di depan terlihat peserta lain yang sedang menuju Harapan Indah juga. Saya semakin yakin bahwa saya harus sampai ke sana!

Sampai Harapan Indah, kaki saya semakin lemah dan bagian paha semakin sakit saja. Saya harus tetap mengikuti peserta di depan saya agar tidak kehilangan jejak. Sebelumnya, hamper di setiap persimpangan selalu ada polisi dan marshal yang siap sedia untuk mengarahkan peserta agar tidak salah belok tapi sekarang semakin ke sini, semakin jarang bahkan tidak ada yang menjaga. Mungkin semuanya sedang lelah sedang istirahat, mungkin.

Jalanannya seperti bertambah lebar saja saat saya menggunakan sepeda, atau hanya perasaan saya saja ya? Jalanan panjang lurus seperti tiada akhir itu benar-benar membuat saya kewalahan mengayuh sepeda. Sesekali menoleh ke belakang tidak ada tanda-tanda peserta lainnya hanya ada di depan saya saja, itu juga sudah jauh sekali. Akhirnya setelah berpuluh-puluh menit berlalu dengan mengayuh sepeda, akhirnya saya menemukan peserta lainnya yang sedang istirahat dan saya pun menanyakan arah. Ternyata jalannya masih lurus kesana. Huh. Ini adalah pertama kalinya saya merasa lelah sekali dalam mengayuh sepeda. Huh. Pasti bisa! Setelah bertanya, saya langsung melanjutkan perjalanan. Dalam beberapa saat saya merasa harus berhenti sejenak karena saya perlu meluruskan kaki dan punggung sejenak.

Mobil bak yang berisi sepeda dan penggunanya pun lewat. Enak sekali mereka naik mobil. Mungkin mereka umurnya sudah terlalu tua untuk mengayuh sepeda jadinya harus naik Mobil. Setelah mobil tu lewat, ada marshal lewat sambil memberi semangat. Huh, baiklah sekarang saatnya mengayuh sepeda lagi. Ternyata pit stop nya dekat Transera. Astaga, ternyata sudah sejauh ini…

Akhirnya aku sampai jua di tempat istirahat ini. Baru saja saya memarkirkan sepeda saya, ada aba-aba menggunakan pengeras suara mengatakan “10 menit lagi kita berangkat”. Sontak saja saya menoleh ke sumber suara. Saya tidak perduli!. Saya mau istirahat. Sayang sekali di sini hanya ada minuman saja, miras ocha (teh) dan prima xp (air putih). Namun saya hanya mengambil air putihnya saja. Banyak peserta yang baru datang ke tempat istirahat ini melihat keberangkatan rombongan lain yang sudah memulai kembali perjalanan panjang mengitari Bekasi itu. Sudah pasti mereka yang baru datang menghiraukan yang sedang mengayuh sepeda itu. Beberapa dari mereka memrotes kinerja panitia yang bekerja. Karena beberapa peserta tersebut merasa sedikit dirugikan perihal kesiapan panitia dalam menggiring peserta. Saya tidak mendengarkan seluruh percakapannya dengan salah satu panitia yang bertugas karena saya sedang meluruskan kaki sembari mengolesi krim untuk nyeri otot, namun saya sependapat dengan peserta tersebut. Pada intinya peserta memprotes karena hanya diawal saja digiring, tetapi peserta yang di belakang di tinggalkan sampai ada yang tersesat. Tak lama kemudian Ayah datang.

Sebenarnya saya sedikit cemas dengan Ayah saya mengingat umurnya sudah 50 tahun, sebaiknya setelah jalan nanti saya tidak meninggalkannya. Rombongan teman-teman Ayah pun juga sudah sampai menggunakan mobil setelah Ayah datang. Huh, Kasihan sekali, Ayah sampai tersesat menuju ke sini. Ya sudahlah yang terpenting semuanya komplit walaupun kesegaran wajah Ayah hilang di jalan. Saya membantu Ayah mengambil minuman di tenda sebelah sana sekaligus menaruh kupon door prize, semoga saja dapat. Ayah sedang istirahat sambil tidur-tiduran di tempat berumput sekarang karena Ayah terlihat sangat kelelahan di bandingkan dengan yang lainnya. Salah satu teman Ayah menyarankan Ayah untuk naik mobil saja tapi Ayah tidak mau, dan lebih memilih bersama-sama dengan saya mengayuh sepeda. Setelah beristirahat, kami pun melanjutkan kembali perjalanan panjang dengan sepeda kami.

Di sela-sela perjalanan, ada percakapan kecil tentang kata patriot dengan Ayah.

“Tahu nggak van, arti dari patriot itu apa?” Tanya Ayah.

“Pahlawan yang meninggal kan?”

“Semua yang meninggal dalam perang bisa disebut pahlawan, Tapi kalau patriot itu orang yang pantang menyerah. Jadi walaupun cuma sakit flu, kalau masih bisa ke sekolah ya jalan. Walaupun capek tapi kalau masih bisa jalan ya jalan. Itu termasuk mentalnya sekuat apa yang terpenting pantang menyerah.”

Baiklah, pantang menyerah memang sangat berperan penting dalam tur sepeda kali ini. Saya sampai bingung mau berkata apa lagi tentang hal ini. Ayah meminta saya untuk mendorongnya dari belakang. Baiklah, pantang menyerah! Walaupun kaki mulai terasa sakit lagi namun saya tetap mengayuh sepeda menuju finish. Biarpun terik matahari pukul 11.30 WIB menyengat kulit namun saya tetap mengayuh sepeda saya sambil mendorong sepeda Ayah pula dari belakang. Huh, rasanya semakin panjang saja perjalanan ini tapi saya tidak boleh menyerah begitu saja. Ketika sudah sampai jembatan, saya tidak kuat untuk menanjak karena kaki sudah terlampau sakit, jadi saya tuntun sepeda. Saat saya berhenti mengayuh, Ayah tetap mengayuh sepedanya selagi menanjak. Huh, sudah lelah sekali ini dan sudah tidak terlihat lagi peserta lainnya yang melintasi jembatan selain kami. Disaat sudah berada di paling atas jembatan Ayah pun berhenti dan beristirahat sejenak.

Saya menemani Ayah saya sambil terduduk di pinggir jalan meluruskan kaki. Saya memberikan bekal madu yang saya bawa kepada Ayah. Enak sekali meminum yang manis-manis apalagi di siang hari yang terik ini. Kami  bertukar cerita tentang banyak hal selagi istirahat. Topik yang panjang untuk dibahas adalah tentang tur sepeda ini. Dan beliau bilang kalau ini lebih jauh dari tur sepeda sebelumnya yang pernah beliau ikuti. Bayangkan saja 75 Km harus di tempuh kurang dari 6 Jam. Lelah sekali bagi yang belum terbiasa, betisnya bisa meledak (amit-amit). Setelah istirahat dirasa cukup, kami melanjutkan kembali mengayuh sepeda. Tidak lama setelah bersiap-siap datanglah peserta lain dari belakang menanyakan arah ke Summarecon. Ya, tujuan terakhir memang ke arah sana, tapi bukan ke Summarecon tersebut melainkan ke Wali Kota Bekasi. Tidak lama setelah ada peserta itu datang, ada orang lain yang bertanya letak Stadion Bekasi. Setelah memberi tahu orang tersebut berangkatlah kami untuk menuju finish.

Mengayuh, mengayuh, dan mengayuh… sederhana namun lama-lama menjadi gila. Rasa sakit yang saya rasakan sudah tidak saya pedulikan lagi, yang terpenting adalah menyelesaikan misi yang diberikan kepada saya. Lagi-lagi saya melihat peserta dari arah berlawanan. Apa acaranya sudah selesai? Kenapa mereka ke arah sana? Entahlah, mungkin mereka ingin pulang. Perjalanan terus berlanjut bersama dengan Ayah dan satu peserta kaum bapak yang sepertinya lebih tua dari Ayah saya. Di tengah jalan kami bertemu dengan dua peserta lainnya di depan, ternyata mereka adalah teman dari bapak tadi. Beberapa meter lagi kami akan sampai pada finish, namun kami bergegas menuju pom bensin untuk beristirahat. Tanggung sekali. Tapi ya apa boleh buat, saya hanya mengikuti Ayah saya.

Disana kami beristirahat, buang air kecil dll. Setelah beristirahat, saya dan Ayah melanjutkan lagi ke garis finish. Bapak-bapak tadi beserta dengan teman-temannya sudah terlebih dahulu meninggalkan pom bensin. Ketika kami sampai di Kantor Wali Kota, tidak ada yang menyambut karena mereka semua sudah terlebih dahulu sampai di sini dan panitia pun sudah berada di dalam dekat dengan panggung hiburan. Seharusnya saat kami samapai di sini ada panitia yang menyambut kami. Mungkin karena panitia mengira tidak ada lagi yang datang terlambat sehingga panitia tidak ada di depn untuk menyambut kami. Huh, menyebalkan memang menjadi yang terakhir. Salah satu teman Ayah saya datang menghampiri, dan menanyakan apakah kita sudah dapat mendali atau belum. Teman Ayah itu langsung mencari panitia yang bersangkutan untuk mengambilkan mendalinya. Teman Ayah itu kembali lagi sambil memberikan makan siang dan salah satu panitia datang memberikan medali tapi dia hanya membawa satu medali lalu dia kembali lagi mengambl satu lagi medali di dalam gedung.

Alhamdulillah ya, saya dan Ayah mendapatkan medali sekaligus makan siang (ya iyalah kan udah bayar),dari rombongan kami ternyata ada yang sudah pulang duluan. Mungkin karena tidak sanggup lagi mengayuh sepeda ke sini dan ada pula teman Ayah yang sudah sampai di sini menggunakan mobil bak. Walaupun demikian, saya dan Ayah lebih memilih mengayuh sepeda dengan penuh perjuangan karena rasa kepuasannya akan berbeda dibandingkan bila memakai bantuan.

Dalam acara Tour de Patriot ini selain tur keliling Kota Bekasi juga ada hiburan dan bagi-bagi hadiah. Hiburannya ada dangdut.. Saya tidak bisa menggambarkannya lebih jauh karena pasti pembaca sekalian sudah tahu seperti apa bentuknya. Lalu bagi-bagi hadiah atau door prize. Hadiahnya ada berupa uang tunai, voucher belanja, voucher menginap di hotel untuk satu malam, dan hadiah utamanya 6 buah sepeda. Namun saying sekali tidak satupun dari hadiah itu saya dapatkan.

Yasudahlah saat pengumuman door prize selesai kami langsung pulang menuju ke tempat parkir truk angkatan darat. Tempat parkirnya berada di Islamic Center Bekasi, tapi truknya belum ada di sini karena kendaraan tersebut diperlukan oleh markas saat kami sedang bersepeda tadi. Kami menunggu di sini selama 30 menit dan kami pun berangkat lagi menuju rumah setelah truk itu datang.

Selama di truk para ibu-ibu temannya Ayah asyik berfoto ria dengan tongsis yang dipasangi dengan kamera hp.. Ah sudahlah tidak penting..

Kami pun sampai kembali di tempat semula setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam dengan selamat dan kembali ke rumah masing-masing.

Intinya pada cerita ini jika pembaca sekalian ingin menjadi patriot latihlah mental anda untuk tidak berhenti mengayuh sepeda anda dari garis start sampai garis finish, Kalaupun anda harus berhenti di ambang batas silahkan berhenti, namun jangan lupa untuk memulai lagi.

 || Jika ada kata-kata yang kurang berkenan mohon dimaklumi..

Wassalamu'alaikum


Kamis, 10 Maret 2016

Patriot

Aku terlahir di dunia ini
Aku hidup bersama dengan naluri
Naluri yang aktif dalam tubuhku ini
Bagai api yang menyala, membara
Membakar apa pun di dekatnya
Aku diajarkan tentang kebaikan dan keburukan
Naluriku menyukai keburukan
Aku diberi tahu bahwa aku akan mendapatkan imbalan surga
Jika aku melakukan kebaikan
Surga digambarkan sebagai singgahsana sang pemenang
Pemenang yang mampu mengalahkan naluri menuju keburukan
Aku selalu mengikuti naluriku
Aku ingin menang
Aku tidak boleh kalah dengan naluriku yang menyuruh kepada keburukan
Aku ingin jadi patriot
Tak pernah menyerah dalam keadaan apapun
Aku harus mengalahkan diriku sendiri
Hingga nafas terakhirku