Halo
Pernahkah para pembaca sekalian memiliki teman yang bisa dikatakan memiliki perilaku yang buruk? Misalnya teman anda suka membolos saat sekolah atau bekerja, suka membuat onar, mencuri barang orang, menipu dll. Tentu saja anda menghindari orang tersebut ketika anda tahu sifat sebenarnya. Meskipun anda telah berkali-kali mengingatkannya bahwa tindakannya itu salah, dia tetap tidak berubah, mungkin dilain kesempatan anda "bosan" mengingatkannya dan membiarkannya melakukan hal tersebut dan menunggu dia mendapat konsekuensi dari apa yang dia kerjakan.
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi padanya di kemudian hari. Anda pun mungkin tidak mengira apa yang terjadi padanya 10 tahun kemudian. Ini pun terjadi pada temanku.
Sebut saja mawar (dia laki-laki). Dia adalah seseorang yang suka membuat gaduh kelas. Dia sangat suka ngobrol saat sedang ada guru yang menerangkan di kelasnya. Terlebih lagi nilai ulangan hariannya yang selalu jelek, bahkan guru-guru pun sampai ada yang berargumen bahwa dia tidak akan lulus.
Tapi di samping itu dia memiliki bakat bermain futsal. Dia sangat baik dalam menggocek lawannya. Ya.. seharusnya dia sekolah atlet saja.. Meski begitu, semua orang punya pilihannya masing-masing, dan nasibnya pun berbeda-beda. Dia bahkan sering ikut turnamen futsal namun dia bertanding tidak mengatasnamakan sekolahnya sekalipun. Entahlah, saya tidak tahu sebabnya.
Saat pengumuman kelulusan, si Mawar ini dinyatakan lulus. Alhamdulillah. Para guru yang mengajarnya pun bersyukur atas kelulusannya, karena mereka tidak perlu lagi merasa terganggu dengan celotehan si Mawar. Lama tidak mendengar kabarnya setelah lulus, dia sudah menjadi seorang tentara.
Jadi intinya, kita tidak perlu terburu-buru untuk memprediksikan masa depan seseorang hanya karena dia memiliki reputasi yang buruk. Setiap orang dapat berubah menjadi lebih baik dan itu pilihan setiap orang.
Terima kasih ya sudah membaca sampai habis.
Selasa, 29 Agustus 2017
Rabu, 19 Juli 2017
Tentang Tugas Softskill Saya
Assalamu'alaikum
Aduh...
sumber: http://johanes-budi-walujo.blogspot.co.id/2013/07/soft-skill-vs-hard-skill.html |
Kita diperintahkan untuk tidak plagiat. Selama kita copy paste dari blog milik orang lain dengan menyertakan sumbernya, kita akan bebas dari unsur plagiat. Ini adalah jalan "termudah" untuk menyelesaikan tugas. Ditambah lagi, kebanyakan dosen yang mengajar tugas softskill (sebutan untuk tugas yang ditulis di blog) tidak benar-benar memeriksa isi dari blog tersebut.
Saya merasa dongkol ketika saya mengerjakan tugas saya dengan sungguh-sungguh tanpa copy paste sama sekali, dan teman saya dapat mengerjakannya kurang dari 5 menit. Padahal saya mengerjakannya membutuhkan waktu yang lama. Wah enak banget hidup lu. Lalu ada juga teman yang meminta temannya yang lain untuk mengerjakan tugas softskill-nya, jadi tidak dikerjakan langsung oleh dirinya. Parah kan?
Apakah standar dari sistem penilaian tugas softskill ini sebatas "yang penting ngerjain"? "Yang penting" judulnya persis dengan yang diminta dan isinya banyak? Wohooo... Saya tidak tahu. Terlebih lagi ke-transparanan nilai tidak jelas. Mau minta lihat nilainya tidak dikasih. Jadi saya harus menunggu nilainya keluar di website.
Apakah penting tugas softskill itu? Jika penting, maka seharusnya pihak kampus bisa membuatnya lebih eksklusif lagi, sehingga keterampilan diri bisa benar-benar terukur secara objektif.
Kenapa tidak melakukan penilaian softskill secara satu persatu di suatu tempat sehingga dosen dapat menilainya langsung lebih objektif? Mahasiswa pun dapat mengetahui bagaimana potensinya seberapa dan dapat belajar lebih baik lagi. Memang jika kita melakukan sebuah penilaian secara satu per satu lebih "menantang" mahasiswa secara mental, tapi menurut saya justru hal tersebut dapat melatih mahasiswa untuk siap terjun ke dalam masyarakat. Semoga kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dari kemarin.
Sekian dari posting-an kali ini.
Sejujurnya, saya takut tulisan ini jadi viral. N'tar malah panjang urusan hahaha.. peace.
Wassalamu'alaikum.
Minggu, 21 Mei 2017
Environment or Wild Life - Penerjemahan Berbantuan Komputer
Assalamu’alaikum.
Di blog saya kali ini akan menerjemahkan
sebuah artikel berbahasa Inggris dengan tema lingkungan. Artikel diambil dari
sumber yang tertera, serta diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menggunakan
Google Translate lalu dikoreksi kembali oleh saya. Semoga bermanfaat, dan jika
ada terjemahan yang keliru mohon tulis di kolom komentar. Terima kasih J
Solutions for the Threats in Indonesian Marine
Ecosystem
How does
it feel to have "houses" in 13.000 islands? It would take an extra
treatment to keep those house under control, wouldn't it? Even if you had the
time to monitor all of them one by one, it would still take years to visit them
even if you only spend a night in each. We just applied the calculation on the
lands, we still need to take the waters into account. The concern related to
this issue has actually been observed as the report of Living Planet Index
marine data shows a decline in the population of mammals, birds, reptiles, and
fish by 49% from 1970 to 2012. This reveals that marine life supporting
resources has dramatically decreased. Indonesia that has more than 13.000
islands with most citizens rely on the marine resources, is definitely under threats.
Exploitation will cause the archipelago’s marine resources (SDL/Sumber Daya Laut). Therefore, it’s time for those who own “houses” in Indonesian waters to realize the importance of preserving such resources in all aspects, the lands and the waters. Otherwise, it will be harder to see the sea-roaming birds, which act not only as one of the beach’s attraction but also as a part of the sea ecosystem, and it will be even harder to find the beautiful coral reefs in the archipelago.
The awareness of the threats results in a concept of marine conservation area commonly called Kawasan Konservasi Perairan (KKP/Marine Conservation Area), and globally implemented world-wide with the name, Marine Protected Area (MPA). It is stated in PP no. 60, 2007 that KKP is an area which is protected, managed through zonation system, to consummate sustainable management of marine resources and environment.
Indonesia has covered 17,89 million hectares of KKP. The number is the total area accumulated from 165 KKP spread all over the country and is managed under shoreline and island zonation plan in each province. As the solution in managing the marine resources, KKP helps the implementation of regulations to preserve the ecosystem, which provides numerous benefits such as fish production improvements – due to the protection of crucial areas (nursing and breeding locations), and tourism potentials. We need to be patient though, since the benefits of KKP implementation can’t be received instantly as it has to undergo several stages, such as recovery, law enforcement, obedience towards KKP regulations.
Generally, KKP’s authority relies on two ministries: The ministry of Marine and Fisheries, covering 4 kinds of areas (Marine Conservation Area, Shoreline and Small Island Conservation Area, Maritime Conservation and Shoreline Limit), and the Ministry of Forestry and Environments which cover the other four (Sea National Park, Marine tourism Park, Marine Sanctuary, and Marine Wildlife Reserve).
A mutualism symbiotic is a good term to refer to this conservation since the benefits are not only for the nature and ecosystem of plants and animals, but also for the human being, another important factor in this effort. The benefits for humans range from the economic opportunities for the locals – employment in fishery sectors, tourism and transportation. Furthermore, effective regulations for the conservation areas will cease the conflicts in resource utilization. Wonderful, isn’t it?
All
aspect in the protected areas is covered according to their protection target
and managed through zonation system consisting of Core Zone, Utilization Zone,
Sustainable Fishery Zone, and the other zones. The implementation of KKP will
assist the protection on critically endangered habitats in the shoreline, each
of which plays its role in mitigating the effect of climate change. With the
regulations in fishery utilization under KKP, the sea ecosystem shall be
preserved so it can provide the natural resources for future generation who
will see the true wonder of Indonesia.
Google Translate
Solusi
untuk Ancaman Ekosistem Laut Indonesia
Bagaimana rasanya memiliki
"rumah" di 13.000 pulau? Butuh perawatan ekstra untuk menjaga agar
rumah tetap terkendali, bukan? Bahkan jika Anda memiliki waktu untuk memantau
mereka semua satu per satu, masih butuh waktu bertahun-tahun untuk
mengunjunginya bahkan jika Anda hanya menghabiskan satu malam di masing-masing.
Kami hanya menerapkan perhitungan di atas tanah, kita masih perlu
mempertimbangkannya. Perhatian terkait isu ini sebenarnya telah diamati karena
laporan data kelautan Living Planet Index menunjukkan adanya penurunan populasi
mamalia, burung, reptil, dan ikan sebesar 49% dari tahun 1970 sampai 2012. Hal
ini menunjukkan bahwa sumber daya pendukung kehidupan laut Menurun drastis.
Indonesia yang memiliki lebih dari 13.000 pulau dengan sebagian besar warga mengandalkan
sumber daya kelautan, jelas berada dalam ancaman.
Eksploitasi akan menyebabkan sumber daya
laut kepulauan (SDL / Sumber Daya Laut). Oleh karena itu, saatnya bagi mereka
yang memiliki "rumah" di perairan Indonesia menyadari pentingnya
melestarikan sumber daya semacam itu di semua aspek, tanah dan perairan. Jika
tidak, akan lebih sulit untuk melihat burung berkeliaran laut, yang bertindak
tidak hanya sebagai salah satu daya tarik pantai tapi juga sebagai bagian dari
ekosistem laut, dan akan lebih sulit lagi untuk menemukan terumbu karang yang
indah di nusantara.
Kesadaran akan ancaman tersebut
menghasilkan konsep kawasan konservasi laut yang biasa disebut Kawasan
Konservasi Perairan (KKP / Kawasan Konservasi Laut), dan diterapkan secara
global di seluruh dunia dengan nama, Marine Protected Area (MPA). Hal tersebut
tercantum dalam PP no. 60, 2007 bahwa KKP adalah kawasan yang dilindungi,
dikelola melalui sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya
kelautan dan lingkungan yang berkelanjutan.
Indonesia telah mencakup 17,89 juta
hektar KKP. Jumlahnya adalah total luas yang terakumulasi dari 165 KKP yang
tersebar di seantero negeri dan dikelola di bawah garis pantai dan rencana
zonasi pulau di setiap provinsi. Sebagai solusi dalam mengelola sumber daya
kelautan, KKP membantu pelaksanaan peraturan untuk melestarikan ekosistem, yang
memberikan banyak manfaat seperti peningkatan produksi ikan - karena adanya
perlindungan kawasan krusial (lokasi keperawatan dan pengembangbiakan), dan
potensi wisata. Kita perlu bersabar, karena manfaat penerapan KKP tidak dapat
diterima seketika karena harus menjalani beberapa tahap, seperti pemulihan,
penegakan hukum, ketaatan terhadap peraturan KKP.
Secara umum, kewenangan KKP bergantung
pada dua kementerian: Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang mencakup 4 jenis
wilayah (Kawasan Konservasi Laut, Kawasan Konservasi Laut dan Pulau Kecil,
Kelautan dan Batas Laut), dan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan yang
mencakup Empat lainnya (Sea National Park, Marine tourism Park, Marine
Sanctuary, dan Marine Wildlife Reserve).
Simbiosis mutualisme adalah istilah yang
baik untuk mengacu pada konservasi ini karena manfaatnya tidak hanya untuk
sifat dan ekosistem tumbuhan dan hewan, tetapi juga bagi manusia, faktor
penting lainnya dalam usaha ini. Manfaat bagi manusia berkisar dari peluang
ekonomi bagi penduduk setempat - pekerjaan di sektor perikanan, pariwisata dan
transportasi. Selanjutnya, peraturan yang efektif untuk kawasan konservasi akan
menghentikan konflik dalam pemanfaatan sumber daya. Bagus, bukan?
Semua aspek di kawasan lindung ditutup
sesuai target proteksi dan dikelola melalui sistem zonasi yang terdiri dari
Zona Inti, Zona Pemanfaatan, Zona Perikanan Berkelanjutan, dan zona lainnya.
Pelaksanaan KKP akan membantu perlindungan terhadap habitat yang terancam punah
di garis pantai, yang masing-masing memainkan perannya dalam mengurangi dampak
perubahan iklim. Dengan peraturan dalam pemanfaatan perikanan di bawah KKP,
ekosistem laut harus dilestarikan sehingga bisa memberi sumber daya alam bagi
generasi penerus yang akan melihat keajaiban sejati Indonesia.
Proofreader/
Terjemahan yang Dikoreksi
Solusi
untuk Ancaman Ekosistem Laut Indonesia
Bagaimana
rasanya memiliki “banyak rumah” di 13.000 pulau? Akan membutuhkan perawatan
lebih untuk
menjaga agar rumah tetap terkendali, bukan? Bahkan jika Anda memiliki waktu
untuk memantau semuanya satu per satu, akan membutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk mengunjunginya bahkan jika Anda hanya menghabiskan satu malam di
masing-masing tempat. Kami hanya menerapkan perhitungan di atas tanah, kita
masih perlu menghitung pula airnya. Perhatian terkait isu ini sebenarnya telah
diamati karena laporan data kelautan Living Planet Index menunjukkan adanya
penurunan populasi mamalia, burung, reptil, dan ikan sebesar 49% dari tahun
1970 sampai 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pendukung sumber daya kehidupan
laut menurun drastis. Indonesia yang memiliki lebih dari 13.000 pulau dengan
sebagian besar warga mengandalkan sumber daya laut, tentu saja berada dalam
ancaman.
Eksploitasi akan mempengaruhi sumber
daya laut yang ada di kepulauan (SDL / Sumber Daya Laut). Oleh karena itu,
saatnya bagi mereka yang memiliki "rumah" di perairan Indonesia
menyadari pentingnya melestarikan sumber daya semacam itu di semua aspek, tanah
dan perairan. Sebaliknya, akan lebih sulit untuk melihat burung berkeliaran di
laut, yang bertindak tidak hanya sebagai salah satu daya tarik pantai tapi juga
sebagai bagian dari ekosistem laut, dan akan lebih sulit lagi untuk menemukan
terumbu karang yang indah di nusantara.
Kesadaran akan ancaman tersebut
menghasilkan rancangan kawasan konservasi laut yang biasa disebut Kawasan
Konservasi Perairan (KKP / Kawasan Konservasi Laut), dan diterapkan secara
global di seluruh dunia dengan nama, Marine Protected Area (MPA). Hal tersebut
tercantum dalam PP no. 60, 2007 bahwa KKP adalah kawasan yang dilindungi,
dikelola melalui sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya kelautan
dan lingkungan yang berkelanjutan.
Indonesia telah mencakup 17,89 juta hektar
KKP. Jumlahnya adalah keseluruhan luas yang terakumulasi dari 165 KKP yang
tersebar di seantero negeri dan dikelola di bawah garis pantai dan rencana
zonasi pulau di setiap provinsi. Sebagai solusi dalam mengelola sumber daya
kelautan, KKP membantu pelaksanaan peraturan untuk melestarikan ekosistem, yang
memberikan banyak manfaat seperti peningkatan produksi ikan - karena adanya
perlindungan kawasan krusial (lokasi keperawatan dan pengembangbiakan), dan
potensi wisata. Kita perlu bersabar, karena manfaat penerapan KKP tidak dapat
didapatkan langsung karena harus menjalani beberapa tahap, seperti pemulihan,
penegakan hukum, ketaatan terhadap peraturan KKP.
Secara umum, kewenangan KKP bergantung
pada dua kementerian: Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang mencakup 4 jenis
wilayah (Kawasan Konservasi Laut, Kawasan Konservasi Laut dan Pulau Kecil,
Kelautan dan Batas Laut), dan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan yang
mencakup Empat lainnya (Taman Nasional Laut, Taman Wisata Kelautan, Kelautan,
dan Suaka Margasatwa Laut).
Simbiosis mutualisme adalah istilah yang
baik untuk mengacu pada konservasi ini karena manfaatnya tidak hanya untuk
sifat dan ekosistem tumbuhan dan hewan, tetapi juga bagi manusia, faktor
penting lainnya dalam usaha ini. Manfaat bagi manusia berkisar pada peluang ekonomi bagi penduduk setempat -
pekerjaan di sektor perikanan, pariwisata dan transportasi. Selanjutnya,
peraturan yang efektif untuk kawasan konservasi akan menghentikan konflik dalam
pemanfaatan sumber daya. Bagus, bukan?
Semua aspek di kawasan yang dilindungi
telah ditutup sesuai target proteksi dan dikelola melalui sistem zonasi yang
terdiri dari Zona Inti, Zona Pemanfaatan, Zona Perikanan Berkelanjutan, dan
zona lainnya. Pelaksanaan KKP akan membantu perlindungan terhadap habitat yang
terancam punah di garis pantai, yang masing-masing memainkan perannya dalam
mengurangi dampak perubahan iklim. Dengan peraturan dalam pemanfaatan perikanan
di bawah KKP, ekosistem laut harus dilestarikan sehingga bisa memberikan sumber
daya alam bagi generasi penerus yang akan melihat keajaiban sejati Indonesia.
Kamis, 20 April 2017
Biography of Famous People in Literature - Tugas Penerjemahan Berbantuan Komputer #2
Assalamu’alaikum.
Hallo
pembaca sekalian! Pada blog hari ini saya akan menerjemahkan sebuah biografi
dari salah satu sastrawan asal Inggris yang cukup terkenal pada masanya. Siapakah
dia? Mari simak ulasannya berikut beserta dengan terjemahannya.
Bahasa Sumber
Harold Pinter Biography
Screenwriter, Poet, Activist, Playwright(1930–2008)
QUICK FACTS
NAME
Harold Pinter
OCCUPATION
BIRTH DATE
DEATH DATE
PLACE OF BIRTH
PLACE OF DEATH
FULL NAME
Harold Pinter
Harold Pinter is a renowned British
playwright who was awarded the Nobel Prize for Literature in 2005.
Synopsis
Born in London
in 1930, Harold Pinter is a renowned playwright and screenwriter. His plays are
particularly famous for their use of understatement to convey characters'
thoughts and feelings. In 2005, Pinter was awarded the Nobel Prize for
Literature.
Early Life
Writer and
political activist Harold Pinter is most famous for his plays. Inspired in part
by Samuel Beckett, he created his own distinctive style, marked by
terse dialogue and meaningful pauses. He was the son of a Jewish tailor and
grew up in a lower middle-class neighborhood in London. In his grammar school
years, Pinter was athletic and especially fond of playing cricket.
During World
War II, Pinter saw some of the bombing of his city by the Germans. He was sent
away to escape the Blitz at one point. This firsthand experience of war and
destruction left a lasting impression on Pinter. At the age of 18, he refused
to enlist in the military as part of his national service. A conscientious
objector, he ended up paying a fine for not completing his national service.
Pinter started
out as an actor. After studying at the Royal Academy of Dramatic Art for a
time, he worked in regional theater in the 1950s and sometimes used the stage
name David Baron. Pinter wrote a short play, The Room, in 1957, and
went on to create his first full-length drama, The Birthday Party. The
Birthday Party premiered in London in 1958 to savage reviews, and
closed within a week. One critic, Harold Hobson of The Sunday Times of
London, offered a dissenting opinion, writing that Pinter was "the
most original, disturbing and arresting talent in theatrical London,"
according to the Los Angeles Times.
Major Works
With 1960's The
Caretaker, Pinter had his first taste of success. The play is about two
brothers who bring home a homeless man to live with them—a man who then exerts
a strange hold over the brothers. The play, like many of Pinter's works,
conveys "a world of perplexing menace," and in it Pinter uses "a
vocabulary all his own," as a critic for The New York Times once
explained.
The Homecoming (1965),
considered by some to be his masterwork, explored familial tensions. In the
play, a man brings his wife to meet his father and brothers after a long
estrangement. The wife ends up leaving him to stay with his family. The drama
moved to Broadway in 1967 and won a Tony Award—Pinter's only Broadway honor. The
Homecoming was later turned into a film featuring many of its original
cast, including Ian Holm, Terence Rigby and Vivien Merchant. Pinter had met Merchant
when he was working as an actor, and the couple had married in 1956.
Around this
time, Pinter also branched out into film, writing the screenplays for his own
works as well as the works of others. He wrote The Servant (1963)
and Accident (1967), both directed by Joseph Losey and
starring Dirk Bogarde. Losey and Pinter worked together on one more film—1970's The
Go-Between, starring Julie Christie and Alan Bates. Perhaps one of Pinter's
best-known screen adaptations was 1981's The French Lieutenant's Woman, starring Jeremy Irons and Meryl Streep.
In 1978,
Pinter brought to the stage another of his best-regarded works, the drama Betrayal.
This tale of infidelity and marital meltdown seemed to reflect the writer's
life in some ways, in particular his affair with TV personality Joan Blakewell.
He was later involved with Lady Antonia Fraser who was married
to a member of Parliament and a mother of six. The pair were eventually able to
shed their respective spouses and married in 1980. Pinter and Fraser, a
talented writer in her own right, became a very popular couple in literary
circles.
Pinter's
politics became more explicit in his late works. The short play Mountain
Language (1988), for instance, was written to highlight the
mistreatment of the Kurdish people in Turkey. He and fellow playwright Arthur Miller had visited Turkey together a few years earlier.
Death and Legacy
After being
diagnosed with cancer in 2001, Pinter continued his writing and activism. He
decried Britain's involvement in the Iraq War, and he called both U.S.
President George W. Bush and British Prime Minister Tony Blair "terrorists," according to the Financial
Times. Pinter expressed some of his outrage in his poetry, particularly his
2003 collection, WAR. In a poem entitled "God Bless
America," he wrote: "Here they go again/ The Yanks in their armoured
parade/ Chanting their ballads of joy/ As they gallop across the big world/
Praising America's God/ The gutters are clogged with the dead." These
political reflections helped Pinter earn the Wilfred Owen Award for poetry.
In 2005,
Pinter was honored with the Nobel Prize for Literature. The selection committee
cited Pinter a writer "who, in his plays, uncovers the precipice under
everyday prattle and forces entry into oppression's closed rooms." Some
saw the choice of Pinter, an antiwar campaigner, as a political statement. He wasn't
well enough to accept the prize in person, and he gave his Nobel lecture in a
pre-recorded video played at the event.
Pinter
succumbed to cancer on December 24, 2008. He was survived by his second wife,
writer Antonia Fraser, his son from his first marriage, Daniel, and his six
stepchildren.
Pinter's work
has inspired and informed generations of playwrights, especially Tom Stoppard and David Mamet. Pinter's plays are still performed around the world,
with new audiences experiencing the distinct, strange and foreboding atmosphere
so often created by the late writer. Of Pinter, fellow playwright David Hare
once said, "The essence of Pinter's singular appeal is that you sit down
to every play he writes in certain expectation of the unexpected,"
according to the Los Angeles Times.
Terjemahan Google Translate
Harold
Pinter Biografi
Penulis skenario, Penyair, Aktivis, Dramawan (1930-2008)
FAKTA
CEPAT
NAMA
Harold Pinter
PENDUDUKAN
Penulis skenario, Penyair, Aktivis, dramawan
TANGGAL
LAHIR
10 Oktober 1930
KEMATIAN
DATE
24 Desember 2008
TEMPAT
LAHIR
London, Inggris
TEMPAT MENINGGAL
London, Inggris
NAMA
LENGKAP
Harold Pinter
Harold Pinter adalah penulis drama Inggris terkenal yang
dianugerahi Hadiah Nobel untuk Sastra pada tahun 2005.
Ringkasan
Lahir di London pada tahun 1930, Harold Pinter adalah seorang
penulis drama terkenal dan penulis skenario. dramanya sangat terkenal karena
penggunaan meremehkan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan karakter. Pada
tahun 2005, Pinter dianugerahi Hadiah Nobel untuk Sastra.
Masa muda
Penulis dan aktivis politik Harold Pinter yang paling terkenal
karena dramanya. Terinspirasi sebagian oleh Samuel Beckett, ia menciptakan gaya
khas sendiri, yang ditandai dengan dialog singkat dan jeda yang berarti. Dia
adalah anak dari seorang penjahit Yahudi dan dibesarkan di lingkungan kelas
menengah bawah di London. Dalam karyanya tahun sekolah dasar, Pinter adalah
atletik dan terutama menyukai bermain kriket.
Selama Perang Dunia II, Pinter melihat beberapa pemboman kotanya
oleh Jerman. Ia dikirim pergi untuk melarikan diri Blitz pada satu titik. Pengalaman
ini langsung dari perang dan kehancuran meninggalkan kesan abadi pada Pinter.
Pada usia 18, ia menolak untuk mendaftarkan diri di militer sebagai bagian dari
layanan nasionalnya. Sebuah penentang, dia akhirnya membayar denda karena tidak
menyelesaikan layanan nasional.
Pinter dimulai sebagai seorang aktor. Setelah belajar di Royal
Academy of Dramatic Art untuk sementara waktu, ia bekerja di teater daerah pada
1950-an dan kadang-kadang menggunakan nama panggung David Baron. Pinter menulis
drama pendek, The Room, pada tahun 1957, dan melanjutkan untuk menciptakan
pertama drama full-length nya, The Birthday Party. The Birthday Party perdana
di London pada tahun 1958 untuk ulasan buas, dan ditutup dalam waktu seminggu.
Salah satu kritikus, Harold Hobson dari The Sunday Times of London, menawarkan
pendapat berbeda, menulis bahwa Pinter adalah "paling asli, mengganggu dan
menangkap bakat di teater London," menurut Los Angeles Times.
Mayor
Pekerjaan
Dengan 1960 The Caretaker, Pinter memiliki rasa pertama sukses.
Drama adalah tentang dua bersaudara yang membawa pulang seorang pria tunawisma
untuk hidup dengan mereka-seorang pria yang kemudian diberikannya suatu
pegangan yang aneh atas saudara. bermain, seperti banyak karya Pinter,
menyampaikan "dunia ancaman membingungkan," dan di dalamnya Pinter
menggunakan "kosakata semua sendiri," sebagai kritikus untuk The New
York Times pernah menjelaskan.
The Homecoming (1965), dianggap oleh beberapa orang untuk menjadi
karya utamanya, menjelajahi ketegangan keluarga. Dalam bermain, seorang pria
membawa istrinya untuk memenuhi ayah dan saudara-saudaranya setelah
kerenggangan panjang. Istri berakhir meninggalkan dia untuk tinggal dengan
keluarganya. drama pindah ke Broadway pada tahun 1967 dan hanya meraih
kehormatan Broadway Tony Award-Pinter. The Homecoming kemudian berubah menjadi
sebuah film yang menampilkan banyak pemain aslinya, termasuk Ian Holm, Terence
Rigby dan Vivien Merchant. Pinter telah bertemu Merchant ketika ia bekerja
sebagai aktor, dan pasangan itu telah menikah pada tahun 1956.
Sekitar waktu ini, Pinter juga bercabang ke film, menulis skenario
untuk karya-karyanya sendiri maupun karya orang lain. Dia menulis The Servant
(1963) dan Kecelakaan (1967), keduanya disutradarai oleh Joseph Losey dan
dibintangi Dirk Bogarde. Losey dan Pinter bekerja sama dalam satu film tahun
1970-an The Go-Antara, yang dibintangi Julie Christie dan Alan Bates. Mungkin
salah satu Pinter paling terkenal adaptasi layar adalah 1981 ini The French
Letnan Perempuan, dibintangi Jeremy Irons dan Meryl Streep.
Pada tahun 1978, Pinter dibawa ke panggung lain dari
karya-karyanya yang paling dianggap, drama Pengkhianatan. Kisah ini
perselingkuhan dan krisis perkawinan tampaknya mencerminkan kehidupan penulis
dalam beberapa hal, khususnya perselingkuhannya dengan kepribadian TV Joan
Blakewell. Ia kemudian terlibat dengan Lady Antonia Fraser yang menikah dengan
anggota parlemen dan seorang ibu dari enam. Pasangan ini akhirnya mampu
menumpahkan pasangannya masing-masing dan menikah pada tahun 1980. Pinter dan
Fraser, seorang penulis berbakat di kanan sendiri, menjadi pasangan yang sangat
populer di kalangan sastra.
Politik Pinter menjadi lebih eksplisit dalam karya almarhum.
Bermain pendek Gunung Bahasa (1988), misalnya, ditulis untuk menyoroti penganiayaan
orang-orang Kurdi di Turki. Dia dan rekan penulis drama Arthur Miller telah
mengunjungi Turki bersama-sama beberapa tahun sebelumnya.
Kematian
dan Legacy
Setelah didiagnosa menderita kanker pada tahun 2001, Pinter terus
menulis dan aktivisme. Dia mengecam keterlibatan Inggris di Perang Irak, dan ia
disebut kedua Presiden AS George W. Bush dan Perdana Menteri Inggris Tony Blair
"teroris," menurut Financial Times. Pinter mengungkapkan beberapa
kemurkaannya dalam puisinya, terutama koleksinya 2003, WAR. Dalam sebuah puisi
berjudul "God Bless America," ia menulis: "Di sini mereka pergi
lagi / The Yanks di parade lapis baja mereka / Nyanyian balada mereka sukacita
/ Saat mereka berpacu di seluruh dunia besar / Tuhan Pujian Amerika / Selokan
tersumbat dengan mati." Ini refleksi politik membantu Pinter mendapatkan
Wilfred Owen Award untuk puisi.
Pada tahun 2005, Pinter dihormati dengan Hadiah Nobel untuk
Sastra. Panitia seleksi dikutip Pinter seorang penulis "yang, dalam
dramanya, mengungkapkan jurang di bawah ocehan dan pasukan masuk sehari-hari
menjadi penindasan ditutup kamar." Beberapa melihat pilihan Pinter,
seorang juru kampanye antiperang, sebagai pernyataan politik. Dia tidak cukup
baik untuk menerima hadiah secara pribadi, dan ia memberikan kuliah Nobel dalam
video pra-rekaman diputar pada acara tersebut.
Pinter meninggal karena kanker pada tanggal 24 Desember 2008. Dia
meninggalkan istri keduanya, penulis Antonia Fraser, anaknya dari pernikahannya
yang pertama, Daniel, dan enam anak tiri nya.
Karya Pinter telah mengilhami dan generasi dramawan, terutama Tom
Stoppard dan David Mamet informasi. drama Pinter masih dilakukan di seluruh
dunia, dengan pemirsa baru mengalami suasana yang berbeda, aneh dan firasat
begitu sering dibuat oleh penulis terlambat. Dari Pinter, rekan penulis drama
David Hare pernah berkata, "Inti dari banding tunggal Pinter adalah bahwa
Anda duduk untuk setiap bermain tulisnya dalam harapan tertentu yang tak
terduga," menurut Los Angeles Times.
Terjemahan yang Telah Dikoreksi
Biografi Harold Pinter
Penulis skenario, Penyair, Aktivis, Dramawan (1930-2008)
FAKTA SINGKAT
NAMA
Harold Pinter
PEKERJAAN
Penulis skenario, Penyair, Aktivis, Dramawan (1930-2008)
TANGGAL LAHIR
10 Oktober 1930
TANGGAL KEMATIAN
24 Desember 2008
TEMPAT KELAHIRAN
London, Inggris
TEMPAT KEMATIAN
London, Inggris
NAMA LENGKAP
Harold Pinter
Harold Pinter adalah seorang penulis drama Inggris terkenal yang
dianugerahi Hadiah Nobel Sastra pada tahun 2005.
Ringkasan
Lahir di London pada tahun 1930, Harold Pinter adalah seorang
penulis drama terkenal dan penulis skenario. Dramanya sangat terkenal karena penggunaan
hal yang meremehkan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan karakter. Pada
tahun 2005, Pinter dianugerahi Penghargaan Nobel untuk Sastra.
Masa Muda
Sorang penulis dan aktivis politik Harold Pinter lebih dikenal
karena dramanya. Terinspirasi sebagian oleh Samuel Beckett, ia menciptakan gaya
khasnya sendiri, yang ditandai dengan dialog singkat dan jeda yang berarti. Dia
adalah anak dari seorang penjahit Yahudi dan dibesarkan di lingkungan kelas
menengah ke bawah di London. Pada masa sekolah dasar, Pinter menyukai olah raga
dan terutama gemar bermain kriket.
Selama Perang Dunia II, Pinter melihat beberapa pengeboman kotanya
oleh Jerman. Ia dikirim pergi untuk melarikan diri dari tempat kejadian menuju
pada satu titik. Pengalaman yang didapat langsung dari kejadian peperangan dan
kehancuran meninggalkan kesan yang tak terlupakan bagi Pinter. Pada usia 18
tahun, ia menolak untuk mendaftarkan diri di militer sebagai bagian dari pelayanan
nasional dirinya. Seorang penentang, dia akhirnya membayar denda karena tidak
memenuhi pelayanan nasionalnya.
Pinter mulai menjadi seorang aktor. Setelah belajar di Royal Academy
of Dramatic Art untuk sementara waktu, ia bekerja di teater daerah pada tahun
1950-an dan kadang-kadang menggunakan nama panggung David Baron. Pinter menulis
drama pendek, The Room, pada tahun 1957, dan melanjutkan untuk menciptakan drama
versi penuhnya yang pertama, The Birthday Party. The Birthday Party tayang
perdana di London pada tahun 1958 untuk ulasan yang biadab, dan ditutup dalam
waktu seminggu. Salah satu kritikus, Harold Hobson dari The Sunday Times of
London, menawarkan pendapat berbeda, menulis bahwa Pinter adalah "paling
asli, mengganggu dan menangkap bakat di teater London," menurut Los
Angeles Times.
Pekerjaan Utama
Dengan 1960’s The Caretaker, Pinter menikmati kesuksesannya yang
pertama. Drama tersebut bercerita tentang dua lelaki bersaudara yang membawa
pulang seorang pria tunawisma untuk hidup dengan mereka-seorang pria yang
kemudian memberikan suatu pegangan yang aneh atas dua bersaudara tersebut.
Drama tersebut, seperti karya Pinter lainnya, menyampaikan "dunia dengan ancaman
yang pelik," dan di dalamnya Pinter menggunakan "kosakatanya sendiri,"
sebagai kritik pada The New York Times setelah dijelaskan.
The Homecoming (1965), dianggap oleh beberapa orang sebagai karya
utamanya, menjelajahi ketegangan keluarga di dalam keluarga. Dalam drama
tersebut, seorang pria membawa istrinya untuk bertemu dengan ayah dan
saudara-saudaranya setelah kerenggangan panjang. Istrinya berakhir meninggalkan
suaminya agar suaminya tinggal dengan keluarganya. Drama tersebut pindah ke Broadway
pada tahun 1967 dan meraih Tony Award – Satu-satunya penghargaan dari Broadway
yang pernah diterima Pinter. The Homecoming kemudian berubah menjadi sebuah
film yang menampilkan banyak pemain aslinya, termasuk Ian Holm, Terence Rigby
dan Vivien Merchant. Pinter telah bertemu Merchant ketika ia bekerja sebagai
aktor, dan pasangan itu telah menikah pada tahun 1956.
Sekitar pada masa ini, Pinter juga terjun ke film, menulis
skenario untuk karya-karyanya sendiri maupun karya orang lain. Dia menulis The
Servant (1963) dan Accident (1967), keduanya disutradarai oleh Joseph Losey dan
dibintangi Dirk Bogarde. Losey dan Pinter bekerja sama dalam satu film tahun
1970-an The Go-Between, yang dibintangi Julie Christie dan Alan Bates. Mungkin
salah satu karya Pinter paling terkenal film yang diadaptasi adalah film tahun
1981 The French Lieutenant’s Woman, dibintangi Jeremy Irons dan Meryl Streep.
Pada tahun 1978, Pinter dibawa ke tahap lain dari karya-karyanya
yang terbaik, drama Pengkhianatan. Kisah perselingkuhan dan permasalahan rumah
tangga nampak mencerminkan kehidupan penulis dalam beberapa hal, termasuk
hubungannya dengan bintang TV, Joan Blakewell. Kemudian dia berhubungan dengan Lady
Antonia Fraser yang mana telah menikah dengan seorang anggota DPR dan seorang
ibu enam anak. Pasangan ini akhirnya dapat mensucikan hubungan baiknya dan
menikah pada 1980. Pinter dan Fraser adalah penulis berbakat dengan kehendaknya
sendiri, menjadikan mereka pasangan yang sangat terkenal di kalangan sastra.
Politik Pinter menjadi lebih eksplisit pada karya terakhirnya.
Drama singkat Mountain Language (1988), misalnya, ditulis untuk menyoroti
penganiayaan orang-orang Kurdi di Turki. Dia dan rekan penulis drama Arthur
Miller telah mengunjungi Turki bersama-sama beberapa tahun sebelumnya.
Kematian dan
Warisannya
Setelah didiagnosa menderita kanker pada tahun 2001, Pinter meneruskan
tulisannya dan unjuk rasa. Dia mengecam keterlibatan Inggris pada Perang Irak,
dan ia menyebut Presiden AS George W. Bush dan Perdana Menteri Inggris Tony
Blair "teroris," menurut Financial Times. Pinter mengungkapkan
beberapa kemurkaannya dalam puisinya, terutama koleksinya tahun 2003, WAR. Dalam
sebuah puisi berjudul "God Bless America," ia menulis: "Here
they go again/ The Yanks in their armoured parade/ Chanting their ballads of
joy/ As they gallop across the big world/ Praising America's God/ The gutters
are clogged with the dead." Cerminan politik ini membantu Pinter dalam
meraih penghargaan Wilferd Owen Award atas puisinya.
Pada tahun 2005, Pinter dianugrahi penghargaan Nobel Prize atas
Sastra. Panitia penyeleksi menyebutkan Pinter “seorang penulis yang di dalam
dramanya, mengungkapkan sebuah jurang dibalik ocehan dan pemaksaan sehari-hari
di dalam kamar penindasan tertutup." Beberapa melihat pilihan Pinter,
seorang juru kampanye antiperang, sebagai pernyataan politik. Dia merasa kurang
sehat untuk menerima hadiah secara langsung oleh dirinya, dan ia memberikan
ceramah Nobel dalam video pra-rekaman diputar pada acara tersebut.
Pinter meninggal akibat kanker pada tanggal 24 Desember 2008. Dia
meninggalkan istri keduanya, penulis Antonia Fraser, anaknya dari pernikahannya
yang pertama, Daniel, dan enam anak tirinya.
Karya Pinter telah mengilhami dan mendidik para generasi dramawan,
terutama Tom Stoppard dan David Mamet. Drama Pinter masih dimainkan di seluruh
dunia, dengan penonton baru mengalami suasana yang berbeda, aneh dan ketakutan
begitu sering dibuat oleh mendiang Harold Pinter. Dari Pinter, rekan penulis
drama David Hare pernah berkata, "Esensi dari daya tarik utama Pinter
adalah bahwa Anda menyaksikan setiap drama yang ditulisnya dengan harapan yang
tak terduga," menurut Los Angeles Times.
Kamis, 30 Maret 2017
Tugas Penerjemahan Berbantuan Komputer
Assalamu'alaikum.
Di blog saya kali ini akan menerjemahkan sebuah artikel online
dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Jika ada kekeliruan dalam
menerjemahkan artikel tersebut, anda dapat memberikan memberikan koreksinya di
kolom komentar. Terima kasih. ☺
Sumber yang Diterjemahkan
Tips for Finding Good Medical Study Abroad Programs
Studying and volunteering abroad are highly valuable opportunities
for pre-med students. While there are many great volunteer and study abroad
programs out there, there are just as many organizations that aren't run well.
These programs can lead students and volunteers into dangerous situations,
often with disastrous consequences.
Depending on the program, what volunteers and students do overseas
can either help or hurt communities abroad. This is especially true for pre-med
students or volunteers in the medical field.
It's important to understand the ethical context of going overseas
and the power and responsibility we all have as volunteers.
As someone who works in the field, I want to help you choose an
ethical and safe pre-med study / volunteer program. To do this, I've
highlighted pitfalls to watch out for and questions to ask to make sure your
program is legit.
Volunteers Are Given Unclear Missions
When I was 18 and a freshman at Texas Christian University in Fort
Worth, Texas, I went on a week-long mission trip with a church headquartered in
Waco, Texas. All in all, there were at least 800 college students that
descended upon Juarez, Mexico.
Nothing stands out to me more from that time than being introduced
to a weeping man, who I was told needed prayer. He was brought to me so I could
"learn" how to pray better for other people, but I didn't know
Spanish -- I still don't. To this day, I have no idea what was troubling that
man, or if my foreign language prayers impacted him in any positive way.
In hindsight, I also wonder what happened to the enormous amount
of money raised from more than 800 college students paying for a trip to
Mexico. What did the church do with it? What lasting relationships did they
have to the city of Juarez? I still don't have those answers.
Volunteers Are Sometimes Not Qualified at All
Pre-med volunteer
Turning to the medical field is the story of Dr. Jessica Evert,
Executive Director at Child Family Health International (CFHI). She traveled to
Kenya to volunteer as a first-year medical student. During this trip, she was
asked to do a spinal tap on a child, a procedure that she had only read about
in books.
In her own words, “The child cried. He was held down, and there
was no anesthetic. I ended up not doing the procedure right, so it delayed his
diagnosis."
This occurred 15 years ago. Dr. Evert now leads CFHI, an
organization which leads efforts to expose the ethical pitfalls of volunteering
in hospitals and clinics and provides mindful global health fieldwork
experiences. Even while CFHI and a handful of other very thoughtful, careful
organizations strive to provide meaningful and safe international opportunities
with vulnerable populations, the overall context of international volunteering
remains troubling in key areas.
The Programs Aren't Sustainable and Take Away from Local Businesses
Returning to Kenya, an article released earlier this year reported
that foreigner-led medical camps were shut down in the country after the
discovery that many of those "doctors" were operating without a
sufficient medical license. In addition, these camps were drawing patients and
resources away from the local health systems that had licensed doctors and
facilities, as well as continuity of care so essential for many health issues.
The result? The government of Kenya put a temporary moratorium on
foreign doctors operating without official supervision from local health
professionals.
So How Do You Make the Right Decision?
As an individual looking for a pre-med study abroad or volunteer
abroad program, you risk getting thrust into stories like the above. So how do
you, the discerning traveler, avoid harm? How can you tell whether or not your
sending organization is the "right one"?
There are great resources available to discern whether or not your
volunteer experience will adhere to a high level of ethics. For example, you
can read generally about volunteer programs on The Forum on Education Abroad
Standards or this list of red flags when considering a volunteer program by
Eric Hartman. Go Overseas has tips for choosing a legitimate organization as
well. But first, let's focus on some of the key guidelines.
1. Are there connections to local organizations / professionals?
A sustainable and ethical sending organization will have close
relationships with local organizations or professionals. These connections
promote the local culture, context, and people in interactions between the
volunteer site and the sending organization.
As a result, fewer miscommunications occur, and these partnerships
also allow for the practice of assets-based community development, where the
voices of the local people shape the project's direction.
Within this same category, pay attention to the financial
partnerships between the sending organization and local organizations. Are the
finances separate? Is there a considerable amount of money being infused within
the local environment? If so, is that money controlled by the ending
organization or the local experts? Answering these questions will tell you a
lot about the program you are considering.
2. How transparent is the sending organization?
Pre-med volunteer abroad
Any organization you are looking into should give a description of
the program you are signing up for. Are there clear outcomes listed? How
specific or vague are the descriptions of the activities? In your interactions
with the organization, are they clear with the details?
Furthermore, does the program depict the local culture and context
in a fair and uplifting manner? You'll want to pay close attention to the
photos that the organization has posted and consider what story that they tell
you.
In particular, you should pay close attention to how the photos
depict the volunteers and the local people together. Does it tell a story of
equity and partnership, or does it reinforce the white savior complex?
3. Does the organization ask you to do something you aren't
qualified to do?
This final category may be the most straightforward and important.
I will bring you back to my own story above. What good did I do praying for a
person that couldn't understand my language? Also, what message did my efforts
as a foreign, white college student send to the local people?
The concern is even greater when speaking about medical
volunteering. If no sane person would have you stitch their wounds in your home
country, then by order of logic, you shouldn't be doing that in a foreign
country. This issue is spoken of directly in a recent episode of Al Jazeera's:
The Stream.
There is a fundamental removal of dignity that occurs when viewing
local people in foreign contexts as "practice" for your medical
skills. Sending organizations that seek a high level of ethics will put
students in a position to learn and observe, rather than have them participate
directly in medical procedures.
It's an even better sign when an organization takes the time to
assess your skills, giving you access to procedures you are competent in, while
only allowing the observational role for procedures you aren't qualified for.
The Bottom Line
With countless organizations vying for your money and your time,
you owe it to yourself to understand the ethical context of going overseas and
the power and responsibility we all have as volunteers. When going overseas,
you are entering into a location with a history full of stories of joy and
triumph, as well struggle and pain.
Consider the stories I have told, the advice that I have laid out,
and go and do the most good. I'll leave you with the simple challenge of my
organization CFHI, "Let the world change you."
Terjemahan Google Translate
Belajar dan relawan di luar negeri peluang yang sangat berharga bagi siswa pra-med. Meskipun ada banyak relawan besar dan program studi di luar negeri di luar sana, ada hanya sebagai banyak organisasi yang tidak berjalan dengan baik. Program-program ini dapat menyebabkan siswa dan relawan ke dalam situasi berbahaya, sering dengan konsekuensi bencana.
Tergantung pada program, apa yang relawan dan siswa melakukan di luar negeri dapat baik membantu atau menyakiti masyarakat luar negeri. Hal ini terutama berlaku bagi siswa pra-med atau relawan di bidang medis.
Sangat penting untuk memahami konteks etika pergi ke luar negeri dan kekuasaan dan tanggung jawab kita semua memiliki sebagai relawan.
Sebagai seseorang yang bekerja di lapangan, saya ingin membantu Anda memilih program studi / relawan etis dan aman pra-med. Untuk melakukan hal ini, saya sudah disorot perangkap untuk diwaspadai dan pertanyaan untuk meminta untuk memastikan program anda adalah legit.
Relawan Apakah Mengingat Misi Jelas
Ketika saya berumur 18 dan seorang mahasiswa di Texas Christian University di Fort Worth, Texas, saya melanjutkan perjalanan misi selama seminggu dengan gereja yang berkantor pusat di Waco, Texas. Semua dalam semua, setidaknya ada 800 mahasiswa yang turun ke atas Juarez, Meksiko.
Tidak ada yang menonjol bagi saya lebih dari waktu itu daripada diperkenalkan dengan seorang pria menangis, yang saya diberitahu doa dibutuhkan. Dia dibawa ke saya sehingga saya bisa "belajar" bagaimana berdoa yang lebih baik bagi orang lain, tapi saya tidak tahu Spanyol - saya masih tidak. Sampai hari ini, saya tidak tahu apa yang mengganggu orang itu, atau jika doa bahasa asing saya berdampak padanya dengan cara yang positif.
Di belakang, saya juga bertanya-tanya apa yang terjadi pada sejumlah besar uang yang diperoleh dari lebih dari 800 mahasiswa membayar untuk perjalanan ke Meksiko. Apa yang gereja lakukan dengan itu? Apa hubungan yang langgeng mereka harus kota Juarez? Aku masih tidak memiliki jawaban-jawaban.
Relawan Apakah Kadang-kadang Tidak Berkualitas di Semua
Pre-med relawan
Beralih ke bidang medis adalah kisah Dr. Jessica Evert, Direktur Eksekutif Anak Family Health International (CFHI). Dia melakukan perjalanan ke Kenya untuk menjadi sukarelawan sebagai mahasiswa kedokteran tahun pertama. Selama perjalanan ini, ia diminta untuk melakukan tap tulang belakang pada anak, prosedur yang dia hanya baca di buku.
Dalam kata-katanya sendiri, “teriak anak itu. Dia ditekan, dan tidak ada anestesi. Saya akhirnya tidak melakukan prosedur yang benar, sehingga tertunda diagnosisnya."
Hal ini terjadi 15 tahun yang lalu. Dr. Evert kini memimpin CFHI, sebuah organisasi yang memimpin upaya untuk mengekspos perangkap etis relawan di rumah sakit dan klinik dan menyediakan sadar pengalaman kerja lapangan kesehatan global. Bahkan saat CFHI dan beberapa sangat bijaksana, organisasi-hati lainnya berusaha untuk memberikan kesempatan internasional yang bermakna dan aman dengan populasi rentan, konteks keseluruhan relawan internasional tetap meresahkan di bidang utama.
Program Bukankah Berkelanjutan dan Take Away dari Bisnis Lokal
Kembali ke Kenya, sebuah artikel yang dirilis awal tahun ini melaporkan bahwa orang asing yang dipimpin kamp medis ditutup di negara itu setelah penemuan bahwa banyak dari mereka "dokter" yang beroperasi tanpa izin medis yang memadai. Selain itu, kamp-kamp tersebut menggambar pasien dan sumber daya jauh dari sistem kesehatan lokal yang telah berlisensi dokter dan fasilitas, serta kesinambungan perawatan sangat penting bagi banyak masalah kesehatan.
Hasil? Pemerintah Kenya menempatkan moratorium sementara pada dokter asing yang beroperasi tanpa pengawasan resmi dari profesional kesehatan setempat.
Jadi Bagaimana Apakah Anda Membuat Keputusan yang Tepat?
Sebagai seorang individu mencari studi pra-med luar negeri atau relawan luar negeri Program, Anda berisiko mendapatkan dorong ke cerita seperti di atas. Jadi bagaimana Anda, wisatawan yang cerdas, menghindari bahaya? Bagaimana Anda bisa tahu apakah atau tidak organisasi mengirimkan Anda adalah "tepat"?
Ada sumber daya besar yang tersedia untuk melihat apakah atau tidak pengalaman relawan Anda akan mematuhi tingkat tinggi etika. Misalnya, Anda dapat membaca secara umum tentang program relawan di Forum Pendidikan Luar Negeri Standar atau daftar ini bendera merah ketika mempertimbangkan program relawan oleh Eric Hartman. Go Overseas memiliki tips untuk memilih organisasi yang sah juga. Tapi pertama-tama, mari kita fokus pada beberapa pedoman penting.
1. Apakah ada hubungan dengan organisasi lokal / profesional?
Akibatnya, lebih sedikit miskomunikasi terjadi, dan kemitraan ini juga memungkinkan untuk praktek pengembangan masyarakat aset berbasis, di mana suara-suara masyarakat setempat membentuk arah proyek.
Dalam kategori yang sama ini, memperhatikan kemitraan keuangan antara organisasi pengirim dan organisasi lokal. Adalah keuangan yang terpisah? Apakah ada sejumlah besar uang yang diresapi dalam lingkungan lokal? Jika demikian, adalah bahwa uang dikendalikan oleh organisasi mengakhiri atau ahli lokal? Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini akan bercerita banyak tentang program Anda mempertimbangkan.
2. Bagaimana transparan adalah organisasi pengiriman?
Pre-med relawan luar negeri
Setiap organisasi Anda melihat ke harus memberikan deskripsi program yang Anda mendaftar untuk. Apakah ada hasil yang jelas tercantum? Bagaimana tertentu atau samar-samar adalah deskripsi dari kegiatan? Dalam interaksi Anda dengan organisasi, mereka jelas dengan rincian?
Selanjutnya, apakah program ini menggambarkan budaya dan konteks lokal secara adil dan semangat? Anda akan ingin memperhatikan foto-foto bahwa organisasi telah diposting dan mempertimbangkan cerita apa yang mereka katakan.
Secara khusus, Anda harus memperhatikan dekat dengan bagaimana foto-foto menggambarkan relawan dan masyarakat setempat bersama-sama. Apakah itu menceritakan kisah ekuitas dan kemitraan, atau apakah itu memperkuat kompleks penyelamat putih?
3. Apakah organisasi meminta Anda untuk melakukan sesuatu yang Anda tidak memenuhi syarat untuk melakukan?
Kategori terakhir ini mungkin yang paling mudah dan penting. Aku akan membawa Anda kembali ke cerita saya sendiri di atas. Apa yang baik yang saya lakukan berdoa untuk orang yang tidak mengerti bahasa saya? Juga, apa pesan itu usaha saya sebagai, mahasiswa putih asing kirim ke masyarakat?
Perhatian bahkan lebih besar ketika berbicara tentang relawan medis. Jika tidak ada orang waras akan Anda menjahit luka mereka di negara asal Anda, maka perintah logika, Anda tidak harus melakukan itu di negara asing. Masalah ini dibicarakan langsung dalam episode terbaru dari Al Jazeera: Stream.
Ada penghapusan mendasar martabat yang terjadi saat melihat orang-orang lokal dalam konteks asing sebagai "praktek" untuk keterampilan medis Anda. Mengirim organisasi yang mencari tingkat tinggi etika akan menempatkan siswa dalam posisi untuk belajar dan mengamati, daripada memiliki mereka berpartisipasi secara langsung dalam prosedur medis.
Ini merupakan tanda yang lebih baik ketika sebuah organisasi membutuhkan waktu untuk menilai kemampuan Anda, memberikan Anda akses ke prosedur Anda kompeten dalam, sementara hanya memungkinkan peran pengamatan untuk prosedur Anda tidak memenuhi syarat untuk.
Garis bawah
Dengan organisasi yang tak terhitung jumlahnya berlomba-lomba untuk uang dan waktu Anda, Anda berutang kepada diri sendiri untuk memahami konteks etika pergi ke luar negeri dan kekuasaan dan tanggung jawab kita semua memiliki sebagai relawan. Ketika pergi ke luar negeri, Anda masuk ke lokasi dengan sejarah penuh dengan cerita sukacita dan kemenangan, serta berjuang dan rasa sakit.
Pertimbangkan
cerita saya telah diberitahu, nasihat bahwa saya telah ditata, dan pergi dan
melakukan yang paling baik. Aku akan meninggalkan Anda dengan tantangan
sederhana organisasi saya CFHI, "Biarkan dunia mengubah Anda."
Terjemahan yang
Sudah Dikoreksi
Tips dalam Mencari Program Studi Medis di Luar Negeri yang Baik
Belajar dan melakukan aksi relawan di luar negeri adalah peluang
yang sangat bagus bagi siswa dengan jurusan kesehatan. Meskipun ada banyak
relawan besar dan program studi di luar negeri di luar sana, terdapat banyak
pula organisasi yang berjalan tidak semestinya. Program-program ini dapat
menyebabkan para siswa dan relawan ke dalam situasi berbahaya, seringkali
diirngi dengan konsekuensi yang membawa petaka.
Tergantung pada program pembelajaran tersebut, apa yang relawan
dan siswa lakukan di luar negeri dapat membantu atau menyakiti masyarakat luar
negeri sana. Terutama bagi siswa jurusan kesehatan atau relawan di bidang medis.
Sangat penting untuk memahami etika dalam hal pergi ke luar
negeri, kemampuan, dan tanggung jawab yang kita miliki sebagai relawan.
Sebagai seorang pekerja lapangan, saya ingin membantu anda dalam
memilih program studi medis / relawan yang aman dan beretika. Untuk melakukan
hal ini, saya telah menekankan bahwa terdapat perangkap untuk diwaspadai dan
pertanyaan untuk diajukan untuk memastikan program anda adalah sesuai dengan
keinginan.
Relawan Diberikan Misi yang Tidak Jelas.
Ketika saya masih berumur 18 tahun dan seorang mahasiswa baru di
Texas Christian University di Fort Worth, Texas, saya melakukan perjalanan misi
selama seminggu bersama sebuah gereja yang berpusat di Waco, Texas. Secara
keseluruhan, sedikitnya terdapat 800 mahasiswa yang pergi ke Juarez, Meksiko.
Tidak ada yang menyolok bagi saya pada waktu itu dibandingkan
dengan berkenalan dengan seorang pria yang sedang menangis, yang saya katakan
padanya bahwa dia perlu berdoa. Dia mengajak saya pula untuk berdoa sehingga
saya bisa "belajar" bagaimana cara berdoa yang lebih baik untuk orang
lain, tapi saya tidak mengerti bahasa Spanyol – saya masih tidak tahu. Sampai
hari ini, saya tidak tahu kesulitan apa yang menghampiri orang tersebut, atau
doa bahasa asing saya berdampak padanya dalam hal yang positif.
Mengetahui hal tersebut, saya juga bertanya-tanya apa yang terjadi
pada uang dengan jumlah yang banyak yang diperoleh dari lebih dari 800
mahasiswa yang membayar untuk perjalanan ke Meksiko. Apa yang pihak gereja
lakukan dengan uang sebanyak itu? Hubungan jangka panjang seperti apa yang
mereka miliki dengan kota Juarez? Aku masih tidak tahu.
Para Relawan Terkadang Sama Sekali Tidak Berkompeten
Beralih ke bidang medis yaitu cerita dari Dr. Jessica Evert,
Direktur Eksekutif dari Child Family Health International (CFHI). Dia melakukan
perjalanan ke Kenya untuk menjadi relawan saat masih menjadi mahasiswa
kedokteran tahun pertama. Selama perjalanan ini, dia diminta untuk melakukan
tap tulang belakang pada anak, prosedurnya dia baca di buku.
Dengan kata-katanya sendiri, "Anak itu menangis. Dia
tertekan, dan tidak ada anestesi. Saya akhirnya tidak melakukan prosedur dengan
semestinya, sehingga tertunda diagnosisnya. "
Hal ini terjadi 15 tahun yang lalu. Dr. Evert kini memimpin CFHI,
sebuah organisasi yang memimpin upaya untuk membeberkan permasalahan etika
dalam menjadi relawan di rumah sakit dan klinik dan memberikan perhatian
terhadap pengalaman kerja di bidang kesehatan global. Bahkan saat CFHI dan
beberapa orang yang sangat bijaksana, berhati-hati organisasi lainnya berusaha
untuk memberikan kesempatan internasional yang bermakna dan aman dengan jumlah
populasi yang sedikit, secara keseluruhan konteks relawan internasional
menyisakan keresahan di wilayah utama.
Program Tersebut Tidak Berkelanjutan Dan Bukan Lagi dari Bisnis
Lokal
Kembali ke Kenya, sebuah artikel telah diterbitkan lebih awal
tahun ini melaporkan bahwa pimpinan asing perkemahan medis ditutup di negara
itu setelah ditemukannya banyak dari "dokter" yang beroperasi tanpa
ada izin medis yang memadai. Selain itu, perkemahan tersebut memperlihatkan
pasien-pasien dan sumber dayanya tidak mendapat izin dari sistem kesehatan
lokal yang mengharuskan dokter dan fasilitas yang telah memiliki izin, serta
kesinambungan perawatan sangat penting untuk banyak masalah kesehatan.
Hasilnya? Pemerintah Kenya menempatkan penangguhan sementara pada
dokter asing yang beroperasi tanpa pengawasan resmi dari para ahli kesehatan
setempat.
Jadi Bagaimana Anda Membuat Keputusan yang Tepat?
Sebagai individu yang mencari program pendidikan medis di luar
negeri atau relawan luar negeri, kemungkinan anda akan mendapatkan pengalaman
seperti di atas. Jadi bagaimana, menjadi wisatawan yang cerdas yang menghindari
bahaya? Bagaimana anda bisa tahu benar atau tidaknya organisasi yang mengirim
anda adalah organisasi yang "tepat"?
Terdapat sumber daya besar yang tersedia untuk diketahui apakah
iya atau tidak pengalaman anda menjadi relawan akan melekat menjadi sebuah
etika tingkat tinggi. Misalnya, anda dapat membaca tentang program relawan
secara umum pada Forum Standar Pendidikan Luar Negeri atau daftar dari
keanggotaan bendera merah ketika mempertimbangkan program relawan oleh Eric
Hartman. Go Overseas memiliki tips untuk memilih organisasi yang sah juga. Tapi
pertama-tama, mari kita fokus pada beberapa pedoman penting.
1. Apakah ada hubungannya dengan organisasi lokal / profesional?
Sebuah organisasi pengirim yang baik dan beretika akan memiliki
hubungan dekat dengan organisasi lokal atau profesional. Hubungan ini
mempromosikan budaya lokal, konteks, dan orang-orang dalam interaksi antara
situs relawan dan organisasi pengirim.
Akibatnya, lebih sedikit kesalahan komunikasi terjadi, dan
kemitraan ini juga memungkinkan untuk praktek pengembangan masyarakat aset
berbasis, di mana suara-suara dari masyarakat setempat membentuk arah proyek.
Dalam kategori yang sama ini, memperhatikan kemitraan keuangan
antara organisasi pengirim dan organisasi lokal. Adalah keuangan yang terpisah?
Apakah ada sejumlah besar uang yang diresapi dalam lingkungan lokal? Jika
demikian, adalah bahwa uang dikendalikan oleh organisasi berakhir atau ahli
lokal? Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini akan bercerita banyak tentang program
Anda mempertimbangkan.
2. Seberapa terbuka organisasi pengirim tersebut?
Mahasiswa medis relawan luar negeri.
Setiap organisasi yang Anda cari harus memberikan keterangan yang
jelas tentang program apa yang sedang Anda daftarkan. Apakah ada hasil yang
jelas tercantum disana? Seberapa spesifik atau kemungkinan deskripsi dari
kegiatan tersebut? Dalam interaksi Anda dengan organisasi tersebut, apa mereka
sudah jelas dengan rincian tersebut?
Selanjutnya, apakah program ini menggambarkan budaya dan konteks
lokal secara adil dan menjunjung sikap sopan santun? Anda akan ingin
memperhatikan foto-foto bahwa organisasi tersebbut telah memasang dan
mempertimbangkan cerita apa yang mereka beritahukan pada Anda.
Secara khusus, Anda harus memperhatikan dengan seksama bagaimana
foto-foto tersebut menggambarkan relawan dan masyarakat setempat secara
bersama-sama. Apakah itu menceritakan kisah keuangan dan kemitraan, atau apakah
itu memperkuat kompleks penyelamat putih?
3. Apakah organisasi meminta Anda untuk melakukan sesuatu yang
Anda tidak memenuhi syarat untuk melakukan?
Kategori terakhir ini mungkin yang paling mudah dan penting. Saya
akan membawa Anda kembali ke cerita saya di atas. Apa kebaikan yang saya doakan
untuk orang yang tidak mengerti bahasa saya? Dan juga, apa pesan yang saya
upayakan saya sebagai pendatang dari luar, mahasiswa kulit putih yang kirim ke
masyarakat lokal?
Perhatian bahkan lebih besar ketika berbicara tentang relawan
medis. Jika tidak ada orang waras yang akan Anda jahit luka mereka di negara
asal Anda, maka perintah logika, Anda tidak harus melakukan itu di negara
asing. Masalah ini dibicarakan langsung dalam episode terbaru dari Al Jazeera:
The Stream.
Ada penghapusan martabat yang mendasar terjadi saat melihat
orang-orang lokal dalam konteks asing sebagai "latihan" untuk
keterampilan medis Anda. Organisasi pengirim yang menjunjung tingkat etika
dimana akan menempatkan siswa dalam posisi untuk belajar dan mengamati,
daripada mengharuskan mereka berpartisipasi secara langsung dalam prosedur
medis.
Ini merupakan tanda yang lebih baik ketika sebuah organisasi
membutuhkan waktu untuk menilai kemampuan Anda, memberikan Anda akses ke
prosedur yang Anda sanggupi sesuai bidangnya, sedangkan Anda hanya diizinkan
menjadi pengamat pada prosedur yang tidak Anda kuasai.
Intisarinya.
Dengan organisasi yang tak terhitung jumlahnya berlomba-lomba
untuk uang dan waktu Anda, Anda berutang kepada diri sendiri untuk memahami
konteks etika pergi ke luar negeri dan tenaga dan tanggung jawab kita semua
miliki sebagai relawan. Ketika pergi ke luar negeri, Anda masuk ke lokasi
dengan sejarah penuh dengan cerita sukacita dan kemenangan, serta perjuangan
dan rasa sakit.
Pertimbangkan cerita yang saya telah bagikan, nasihat yang saya
telah dikeluarkan, dan pergi dan melakukan yang paling baik. Saya akan
meninggalkan Anda dengan ajakan sederhana dari organisasi saya CFHI,
"Biarkan dunia mengubah Anda."
Langganan:
Postingan (Atom)