Pernahkah kau keluar rumah pada malam hari hanya untuk sekedar berjalan-jalan menikmati kesejukan malam? Kau bisa merilekskan pikiranmu sejenak dari rutinitas harian. Aku selalu menikmati malam-malam yang tenang sambil ditemani nikmatnya teh hangat. Aku tinggal di komplek dekat dengan pegunungan. Karena deretan rumah yang naik turun dan tersebar hampir diseluruh arah membuat rumah-rumah yang menyalakan lampu terlihat seperti lautan bintang dari teras rumahku.
Namun akhir-akhir ini tempat tinggalku ada rumor bahwa ada pembunuh berantai berkeliaran di sini. Tidak diketahui juga seperti apa rupanya, karena tidak ada saksi mata yang melihat ditambah lagi jarangnya warga setempat memasang CCTV.
Aku mendapat pesan singkat di ponselku dari pamanku yang mengatakan bahwa akan berkunjung ke rumahku untuk menginap semalam. Aku pun membalas pesan itu untuk mengiyakan dan berpesan agar berhati-hati saat dijalan.
Setelah aku membalas pesan itu, aku mendengar suara pohon yang bergoyang kencang dari yang terjauh dan merembet ke arah rumahku. Sesuatu yang tidak biasa terjadi di tempatku. Tidak lama berselang, pohon itu berhenti bergoyang.
Aneh, walau pun pohon bergoyang, anginnya berhembus perlahan seakan-akan pohon itu bergerak dengan kemauannya sendiri. Perasaanku menjadi tidak enak, dan aku memutuskan untuk masuk ke dalam dan mengunci semua pintu.
Aku langsung menuju ruang tengah sambil menghabiskan teh hangat yang aku pegang. Sekarang masih pukul 21.33 , Aku putuskan menyalakan televisi untuk menghibur diriku disuasana yang tidak biasa ini. Aneh, setiap saluran tv yang kuganti tidak ada bagus gambarnya. Apa aku perlu untuk membenarkan antena saat malam-malam seperti ini? Ya sudahlah mungkin besok saja. Sekarang aku tidur saja.
Setelah menggosok gigi, aku menuju kamarku di atas. Setelah aku membuka pintu kamarku ada seseorang sedang berdiri di dalam kamarku menghadap ke jendela.
“Halo, nona siapa?” tanyaku penasaran.
Dia menoleh namun wajahnya tidak ada!
Tanpa berpikir panjang, aku langsung berteriak lalu menutup kembali pintu kamarku tadi dan turun ke bawah meminta pertolongan. Sampai di pintu keluar, pintu itu terkunci dan kuncinya hilang entah kemana. Tidak ada waktu untuk mendobrak, aku langsung lari menuju pintu belakang dekat dapur. Ketika aku membuka pintu belakang, aku melihat seseorang berwajah seperti habis terbakar sambil membawa pisau dapur. Jaraknya sudah sangat dekat.
Dengan paniknya, aku menutup pintu tadi dan kembali ke dalam. Aku pun dikejutkan kembali oleh seseorang yang berwajah seram disamping pintu itu. Sontak aku pun lari menuju ruang tengah kembali.
Aku kehabisan akal untuk melarikan diri, sehingga aku putuskan untuk bersembunyi di kamar mandi. Setelah bersembunyi selama beberapa menit di dalam kamar mandi, semuanya tampak tenang. Aku merasa semua aman sampai pada akhirnya aku dikejutkan oleh perempuan dengan rambut panjang keluar dari ventilasi udara. Aku pun keluar lagi dan menuju ruang tengah sambil berteriak sekencang-kencangnya.
Ini adalah malam paling horor yang pernah aku alami dalam hidupku.
“Selamat ulang tahun, Chris!” Suara dari teman-temanku sambil membawa kue.
“Ah kau penakut sekali ya! Makanya kau tidak boleh liburan sendirian! Hahaha..” Sahut Teressa yang berpakaian seperti hantu di kamar atas.
“Kau harus traktir kita ya! Hehe” Kata Tris yang berpenampilan seperti perempuan berambut panjang di kamar mandi.
Mereka mengajak dua orang teman perempuannya dan mengucapkan selamat padaku.
“Selamat ualng tahu ya kak!” Kata mereka secara bersamaan dan terlebih lagi mereka kembar.
“Iya terima kasih ya. Kalian keren sekali bisa menakutiku di dapur tadi.”
“Bukan, kami yang menjaga pintu depan tetap terkunci” Kata salah satu dari merela.
“Kalau yang di dapur itu Sahid. Dia yang menjadi hantu di dapur tadi.” Kata Tris menjelaskan.
Tris pun memanggil Sahid untuk keluar, namun dia tidak keluar. Salah satu temanku, Teresa, dengan suka rela berjalan menuju dapur untuk menemuinya, tiba-tiba dia berteriak.
“AAAAAKKHH!!”
Semuanya berjalan menuju dapur. Lantai dapur menjadi beasah akan darah dan tergeletak mayat seseorang di sana, dialah Sahid.
Aku pun langsung mengambil ponselku di saku dan mencoba menghunbungi polisi. Panggilanku Sialnya tidak ada sinyal sama sekali. Aku pun berinisiatif untuk keluar mencari bantuan.
“Kalian tunggu di sini ya. Aku mencari bantuan di luar. Kunci semua pintu sampai aku kembali! Oh ya tolong dicoba kembali untuk menelpon bantuan, barang kali bisa.”
“Tunggu Chris, mungkin pembunuhnya masih bersembunyi di sekitar rumah. Apalagi dia terbunuh dekat pintu belakang rumah. Seseorang pasti sudah masuk lewat pintu tersebut.” Kata Tris.
“Jadi maksudmu kita harus menunggu sampai pagi tiba? Itu terlalu lama.” Kataku.
“Coba telpon bantuan, mungkin mereka bisa membantu.” Kata Tris.
Semuanya pun mengeluarkan handphone, namun dari semuanya tidak ada yang mendapat sinyal. Dan apa boleh buat, salah satu dari kami harus pergi keluar untuk mencari bantuan.
“Baiklah kalo begitu, kalian semua harus bersembunyi di tempat yang aman. Aku tahu tempat rahasia itu, ikut aku.” Kataku sambil mengambil pisau dapur dan tongkat baseball untuk jaga-jaga.
Teman-temanku juga mengambil tongkat dan alat perkakas yang dapat digunakan untuk memukul. Aku dan teman-temanku berjalan menuju tempat tersembunyi itu. Tempat itu berada di ruang bawah tanah. Aku berharap pembunuh itu tidak dapat menemukan mereka di sana. Mereka bersembunyi di ruang bawah tanah dengan pintu terkunci dari dalam. Setelah mengantar mereka, aku langsung ke luar untuk mencari bantuan.
Dengan menggunakan sepeda motor, aku pergi mencari pertolongan. Namun, banyak rumah yang aku datangi tidak bersedia membukakan pintu rumahnya. Akhirnya aku menemukan tempat jaga polisi. Ada sua orang polisi di sana.
“Pak, saya minta tolong.. Ada pembunuhan di rumah saya..” Kataku meminta tolong.
“Baik saya akan kirim tim patroli menuju rumah bapak.” Sambut salah satu polisi terebut dengan bijak. “Tolong tuliskan alamatnya.”
Aku tuliskan alamat rumahku di lembar kertas yang telah diberikan oleh petugas polisi tersebut. Aku langsung menuliskan alamatnya. Polisi itu yang tadinya melihat dengan sedikit mata tertutup, membuka matanya lebar-lebar dengan kagetnya melihat alamat rumahku.
“Singaparna? Baru seminggu yang lalu terjadi pembunuhan di sana!” Kata polisi itu dengan kagetnya.
“Hah!? Kemungkinan pembunuhnya masih orang yang sama!” kata rekan polisi itu disampingnya.
“Baiklah, langsung panggil tim ‘K’ untuk menangkapnya!”
Polisi itu masuk ke dalam ruangan dan menelepon. Aku pun di persilahkan untuk masuk ke dalam dan diberikan minum oleh polisi yang satu lagi.
“Silahkan minum dahulu, agar lebih tenang.” Kata polisi tersebut.
“Maaf, saya ingin bertanya. Mengapa yang berjaga di sini hanya berdua saja?” Tanyaku
“Oh, beberapa reka kamis sedang di tempat lain. Mengurusi kasus juga seperti ini.” Kta polisi itu.
“Jadi bukan hanya saya saja yang mengalami hal seperti ini di sini?”
“Ya bisa dibilang demikian. Ada yang bilang bahwa pembunuhan ini ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang yang suka berhura-hura saat malam hari diatas jam 9 malam...” Kata polisi tersebut.
“Jika ada yang masih berisik di atas jam ini, maka mereka semua akan di bunuh. Namun masih simpang siur motiv itu.” Lanjut polisi tersebut.
“Berisik? Apa karena aku berteriak ketakutan lalu dia datang menuju rumahku untuk membuatku berhenti menegluarkan suara? Astaga, sensitif sekali orang itu!”
“Ya mungkin saja” Sahut polisi tersebut.
Setelah itu datanglah sekitar sepuluh orang petugas kepolisian mengantarkanku menuju rumahku. Aku pun sampai di rumahku. Sepi sekali. Polisi pun menggeledah rumahku dari segala arah, namun hal yang mengherankan terjadi. Mayat Sahid sudah tidak ada, dan tidak ada sama sekali bekas pembunuhan di sini.
Di salam rumah hanya ada satu orang yang mengaku sebagai pamanku sedang menonton televisi. Hebatnya jika ingin membuat televisi itu bagus gambarnya, perlu adanya perubahan arah antena diatas genting. Petugas pun langsung memintanya untuk mengeluarkan KTP nya untukmelihat identitas. Iya dia memang pamanku, meskipun tingkah lakunya mencurigakan. Setelah selesai menggeledah, polisi terebut melakukan investigasi kembali terhadap sekeliling rumah.
“Bagaimana bisa paman masuk ke rumahku? Rumahku kan dikunci?” Tanyaku.
“Karena kau tidak menguncinya, aku sudah mengirim SMS ke nomormu, tapi kau tidak membalasnya. Sibuk ya?” Jelasnya sambil bertanya.
“ Tidak, aku tidak sibuk. Disini tidak ada sinyal. Aku tidak mendapatkan SMS nya.” Kataku.
“Namun kemana perginya mayat temanku yang ada di dapur? Tanyaku.
“Mayat apa? Disini tidak ada mayat! Astaga yang benar saja. Aku tidak lihat.” Jawab pamanku.
Entah mengapa aku menaruh kecurigaanku kepada pamaku.
“Polisi tidak akan tahu kejadian ini. Yang tahu kejadian ini hanya kita dan teman-temanmu yang berada di ruang bawah tanah.” Kata pamanku.
Namun akhir-akhir ini tempat tinggalku ada rumor bahwa ada pembunuh berantai berkeliaran di sini. Tidak diketahui juga seperti apa rupanya, karena tidak ada saksi mata yang melihat ditambah lagi jarangnya warga setempat memasang CCTV.
Aku mendapat pesan singkat di ponselku dari pamanku yang mengatakan bahwa akan berkunjung ke rumahku untuk menginap semalam. Aku pun membalas pesan itu untuk mengiyakan dan berpesan agar berhati-hati saat dijalan.
Setelah aku membalas pesan itu, aku mendengar suara pohon yang bergoyang kencang dari yang terjauh dan merembet ke arah rumahku. Sesuatu yang tidak biasa terjadi di tempatku. Tidak lama berselang, pohon itu berhenti bergoyang.
Aneh, walau pun pohon bergoyang, anginnya berhembus perlahan seakan-akan pohon itu bergerak dengan kemauannya sendiri. Perasaanku menjadi tidak enak, dan aku memutuskan untuk masuk ke dalam dan mengunci semua pintu.
Aku langsung menuju ruang tengah sambil menghabiskan teh hangat yang aku pegang. Sekarang masih pukul 21.33 , Aku putuskan menyalakan televisi untuk menghibur diriku disuasana yang tidak biasa ini. Aneh, setiap saluran tv yang kuganti tidak ada bagus gambarnya. Apa aku perlu untuk membenarkan antena saat malam-malam seperti ini? Ya sudahlah mungkin besok saja. Sekarang aku tidur saja.
Setelah menggosok gigi, aku menuju kamarku di atas. Setelah aku membuka pintu kamarku ada seseorang sedang berdiri di dalam kamarku menghadap ke jendela.
“Halo, nona siapa?” tanyaku penasaran.
Dia menoleh namun wajahnya tidak ada!
Tanpa berpikir panjang, aku langsung berteriak lalu menutup kembali pintu kamarku tadi dan turun ke bawah meminta pertolongan. Sampai di pintu keluar, pintu itu terkunci dan kuncinya hilang entah kemana. Tidak ada waktu untuk mendobrak, aku langsung lari menuju pintu belakang dekat dapur. Ketika aku membuka pintu belakang, aku melihat seseorang berwajah seperti habis terbakar sambil membawa pisau dapur. Jaraknya sudah sangat dekat.
Dengan paniknya, aku menutup pintu tadi dan kembali ke dalam. Aku pun dikejutkan kembali oleh seseorang yang berwajah seram disamping pintu itu. Sontak aku pun lari menuju ruang tengah kembali.
Aku kehabisan akal untuk melarikan diri, sehingga aku putuskan untuk bersembunyi di kamar mandi. Setelah bersembunyi selama beberapa menit di dalam kamar mandi, semuanya tampak tenang. Aku merasa semua aman sampai pada akhirnya aku dikejutkan oleh perempuan dengan rambut panjang keluar dari ventilasi udara. Aku pun keluar lagi dan menuju ruang tengah sambil berteriak sekencang-kencangnya.
Ini adalah malam paling horor yang pernah aku alami dalam hidupku.
“Selamat ulang tahun, Chris!” Suara dari teman-temanku sambil membawa kue.
“Ah kau penakut sekali ya! Makanya kau tidak boleh liburan sendirian! Hahaha..” Sahut Teressa yang berpakaian seperti hantu di kamar atas.
“Kau harus traktir kita ya! Hehe” Kata Tris yang berpenampilan seperti perempuan berambut panjang di kamar mandi.
Mereka mengajak dua orang teman perempuannya dan mengucapkan selamat padaku.
“Selamat ualng tahu ya kak!” Kata mereka secara bersamaan dan terlebih lagi mereka kembar.
“Iya terima kasih ya. Kalian keren sekali bisa menakutiku di dapur tadi.”
“Bukan, kami yang menjaga pintu depan tetap terkunci” Kata salah satu dari merela.
“Kalau yang di dapur itu Sahid. Dia yang menjadi hantu di dapur tadi.” Kata Tris menjelaskan.
Tris pun memanggil Sahid untuk keluar, namun dia tidak keluar. Salah satu temanku, Teresa, dengan suka rela berjalan menuju dapur untuk menemuinya, tiba-tiba dia berteriak.
“AAAAAKKHH!!”
Semuanya berjalan menuju dapur. Lantai dapur menjadi beasah akan darah dan tergeletak mayat seseorang di sana, dialah Sahid.
Aku pun langsung mengambil ponselku di saku dan mencoba menghunbungi polisi. Panggilanku Sialnya tidak ada sinyal sama sekali. Aku pun berinisiatif untuk keluar mencari bantuan.
“Kalian tunggu di sini ya. Aku mencari bantuan di luar. Kunci semua pintu sampai aku kembali! Oh ya tolong dicoba kembali untuk menelpon bantuan, barang kali bisa.”
“Tunggu Chris, mungkin pembunuhnya masih bersembunyi di sekitar rumah. Apalagi dia terbunuh dekat pintu belakang rumah. Seseorang pasti sudah masuk lewat pintu tersebut.” Kata Tris.
“Jadi maksudmu kita harus menunggu sampai pagi tiba? Itu terlalu lama.” Kataku.
“Coba telpon bantuan, mungkin mereka bisa membantu.” Kata Tris.
Semuanya pun mengeluarkan handphone, namun dari semuanya tidak ada yang mendapat sinyal. Dan apa boleh buat, salah satu dari kami harus pergi keluar untuk mencari bantuan.
“Baiklah kalo begitu, kalian semua harus bersembunyi di tempat yang aman. Aku tahu tempat rahasia itu, ikut aku.” Kataku sambil mengambil pisau dapur dan tongkat baseball untuk jaga-jaga.
Teman-temanku juga mengambil tongkat dan alat perkakas yang dapat digunakan untuk memukul. Aku dan teman-temanku berjalan menuju tempat tersembunyi itu. Tempat itu berada di ruang bawah tanah. Aku berharap pembunuh itu tidak dapat menemukan mereka di sana. Mereka bersembunyi di ruang bawah tanah dengan pintu terkunci dari dalam. Setelah mengantar mereka, aku langsung ke luar untuk mencari bantuan.
Dengan menggunakan sepeda motor, aku pergi mencari pertolongan. Namun, banyak rumah yang aku datangi tidak bersedia membukakan pintu rumahnya. Akhirnya aku menemukan tempat jaga polisi. Ada sua orang polisi di sana.
“Pak, saya minta tolong.. Ada pembunuhan di rumah saya..” Kataku meminta tolong.
“Baik saya akan kirim tim patroli menuju rumah bapak.” Sambut salah satu polisi terebut dengan bijak. “Tolong tuliskan alamatnya.”
Aku tuliskan alamat rumahku di lembar kertas yang telah diberikan oleh petugas polisi tersebut. Aku langsung menuliskan alamatnya. Polisi itu yang tadinya melihat dengan sedikit mata tertutup, membuka matanya lebar-lebar dengan kagetnya melihat alamat rumahku.
“Singaparna? Baru seminggu yang lalu terjadi pembunuhan di sana!” Kata polisi itu dengan kagetnya.
“Hah!? Kemungkinan pembunuhnya masih orang yang sama!” kata rekan polisi itu disampingnya.
“Baiklah, langsung panggil tim ‘K’ untuk menangkapnya!”
Polisi itu masuk ke dalam ruangan dan menelepon. Aku pun di persilahkan untuk masuk ke dalam dan diberikan minum oleh polisi yang satu lagi.
“Silahkan minum dahulu, agar lebih tenang.” Kata polisi tersebut.
“Maaf, saya ingin bertanya. Mengapa yang berjaga di sini hanya berdua saja?” Tanyaku
“Oh, beberapa reka kamis sedang di tempat lain. Mengurusi kasus juga seperti ini.” Kta polisi itu.
“Jadi bukan hanya saya saja yang mengalami hal seperti ini di sini?”
“Ya bisa dibilang demikian. Ada yang bilang bahwa pembunuhan ini ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang yang suka berhura-hura saat malam hari diatas jam 9 malam...” Kata polisi tersebut.
“Jika ada yang masih berisik di atas jam ini, maka mereka semua akan di bunuh. Namun masih simpang siur motiv itu.” Lanjut polisi tersebut.
“Berisik? Apa karena aku berteriak ketakutan lalu dia datang menuju rumahku untuk membuatku berhenti menegluarkan suara? Astaga, sensitif sekali orang itu!”
“Ya mungkin saja” Sahut polisi tersebut.
Setelah itu datanglah sekitar sepuluh orang petugas kepolisian mengantarkanku menuju rumahku. Aku pun sampai di rumahku. Sepi sekali. Polisi pun menggeledah rumahku dari segala arah, namun hal yang mengherankan terjadi. Mayat Sahid sudah tidak ada, dan tidak ada sama sekali bekas pembunuhan di sini.
Di salam rumah hanya ada satu orang yang mengaku sebagai pamanku sedang menonton televisi. Hebatnya jika ingin membuat televisi itu bagus gambarnya, perlu adanya perubahan arah antena diatas genting. Petugas pun langsung memintanya untuk mengeluarkan KTP nya untukmelihat identitas. Iya dia memang pamanku, meskipun tingkah lakunya mencurigakan. Setelah selesai menggeledah, polisi terebut melakukan investigasi kembali terhadap sekeliling rumah.
“Bagaimana bisa paman masuk ke rumahku? Rumahku kan dikunci?” Tanyaku.
“Karena kau tidak menguncinya, aku sudah mengirim SMS ke nomormu, tapi kau tidak membalasnya. Sibuk ya?” Jelasnya sambil bertanya.
“ Tidak, aku tidak sibuk. Disini tidak ada sinyal. Aku tidak mendapatkan SMS nya.” Kataku.
“Namun kemana perginya mayat temanku yang ada di dapur? Tanyaku.
“Mayat apa? Disini tidak ada mayat! Astaga yang benar saja. Aku tidak lihat.” Jawab pamanku.
Entah mengapa aku menaruh kecurigaanku kepada pamaku.
“Polisi tidak akan tahu kejadian ini. Yang tahu kejadian ini hanya kita dan teman-temanmu yang berada di ruang bawah tanah.” Kata pamanku.